Parietale

1.7K 279 527
                                    

Ara ditarik masuk ke dalam sebuah toilet yang jarang digunakan oleh murid di sekolah ini karena letaknya yang cukup jauh dari ruang kelas. Tubuhnya didorong kuat hingga ia terjatuh di sudut toilet. Beberapa orang saat ini sedang menatapnya dengan senyuman licik.

"Sakit ya? Kasian," ejek Clarissa sembari berjalan mendekat. Ia sedikit menunduk lalu menjambak kuat rambut Ara. Matanya kini menatap tajam pada gadis itu. "Gue kan udah pernah bilang jangan pernah mengusik ranking gue. Harus berapa kali sih gue kasih tahu lo? Lo bego ya?"

"Gue nggak pernah mengusik lo, Clar. Lo aja yang merasa begitu karena takut nilai gue lebih tinggi di ujian bulan depan kan?"

"Bangsat! Lo nggak usah sok pinter!"

Ara tertawa mendengarnya. "Kenapa? Lo takut tersaingi karena lo nggak seberapa pinter?"

"Anjing lo!" Clarissa refleks mencekik leher gadis kurang ajar itu. "Jangan mentang-mentang Randy deket sama lo terus lo bisa sok pinter dan mau ganggu gue sama temen-temen gue. Randy nggak akan selamanya berpihak ke lo ya. Lo nggak sepenting itu. Lo itu beda sama Jessica yang penting untuk Randy."

"Clar, jangan kenceng-kenceng. Dia udah sesak napas," ucap temannya mengingatkan.

Clarissa melepas cekikannya. Tangannya langsung menampar pipi Ara hingga gadis itu semakin tersungkur ke lantai.

Kedua temannya mengangkat tubuh gadis itu untuk dibawa menuju wastafel yang berada di dekat pintu. Saat ini Clarissa sudah menyalakan keran dengan kencang untuk mengisi wastafel itu hingga penuh. Tak lupa ia menutup bagian pembuangan air di wastafel itu supaya air dapat menggenang di sana. "Taruh kepalanya di sini. Biar dia sekalian mati."

Salah satu temannya mendorong kepala Ara hingga masuk ke dalam genangan air itu. Tidak hanya didorong, gadis itu juga menahan kepala Ara selama beberapa saat. Sementara itu yang satunya menahan tubuh Ara supaya tidak berontak. Sedangkan Clarissa sendiri malah memilih duduk untuk menyaksikan aksi teman-temannya. Di tangannya sudah ada sebuah gunting yang siap dipakai untuk aksi selanjutnya.

Ara mendongak saat rambutnya ditarik kembali. Ia mulai kehabisan oksigen karena kepalanya berada di dalam air selama beberapa saat. Napasnya terdengar tidak beraturan seraya sesekali terbatuk. Matanya menatap gadis yang duduk di dekatnya.

"Kenapa? Mau lagi?" tanpa menunggu jawaban, Clarissa langsung menyuruh temannya untuk mencelupkan kepala Ara ke dalam genangan air itu lagi. Tindakan tersebut dilakukan selama beberapa kali hingga Ara kembali kehabisan napas.

"Stop," pinta Clarissa seraya berdiri kembali. "Gue nggak suka rambut lo. Gue rapiin ya," tangannya langsung meraih rambut Ara lalu memotongnya dengan asal tanpa seizin si pemilik. Rambut yang berhasil dipotong itu sengaja ia tunjukkan pada Ara. "Say goodbye to your beautiful hair," rambut itu langsung dijatuhkan begitu saja hingga sang pemilik berteriak kesal dan frustasi melihat potongan rambutnya.

Jessica yang berada di depan pintu, lebih tepatnya mengawasi teman-temannya, ikut tertawa menikmati pemandangan itu. Akan tetapi tiba-tiba ia menjadi panik saat sayup-sayup mendengar ada suara langkah maupun percakapan beberapa orang. Sepertinya orang-orang itu akan menggunakan ruang lab yang ada di dekat toilet ini. "Eh, udah. Ada suara yang mendekat ke sini."

Clarissa berdecak kesal sambil memutar bola matanya malas. Gadis-gadis itu segera keluar dan meninggalkan Ara sendirian di dalam toilet. Mereka sudah merasa cukup puas setelah mengerjai gadis itu.

"Good job, Clar," puji Jessica puas.

"Thank you," balas Clarissa yang diiringi tawanya.

Kezia yang baru masuk ke dalam toilet seketika terkejut saat melihat seorang gadis terduduk di lantai sambil menangis. Ia segera menghampiri Ara lalu membantunya berdiri. "Ra, lo kenapa kok bisa basah begini? Rambut lo juga kenapa tiba-tiba jadi pendek? Lo habis dikerjain Clarissa lagi ya?"

High Level (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang