Pallatum

565 95 88
                                    

Sebuah laptop sudah menyala sedari tadi. Begitu pula dengan seseorang yang mengoperasikan alat canggih itu sejak dua jam yang lalu. Matanya terus fokus menatap layar itu sedangkan jari tangannya menari dengan cepat di atas keyboard.

Ketika tombol enter ditekan, orang itu langsung menyandarkan tubuhnya ke kursi. Ia mengembuskan napasnya dengan lega karena sudah selesai melakukan pekerjaannya. "Oke. Mari kita lihat hasilnya," ujarnya seraya menekan salah satu tombol.

Sebuah video diputar. Iya, video itu adalah CCTV dari rooftop gedung Alana Group. Dan video ini adalah bukti yang menunjukkan kalau Ara dibunuh oleh seseorang yang memiliki tato bertuliskan huruf Jepang di lengan kirinya.

Di dalam video itu terlihat seorang laki-laki yang menggunakan masker dan kaos tanpa lengan baru saja membuka pintu rooftop. Ia langsung mengenakan jaket yang dibawanya lalu menuju ke arah Ara yang berdiri di bagian pinggir rooftop.

Gadis berambut sebahu itu menoleh dengan senyumnya. Ia menyapa laki-laki yang baru datang itu. Namun tidak lama setelahnya Ara malah terlihat ketakutan hingga berulang kali memohon. Sayangnya permohonan itu tidak didengarkan sehingga si pelaku alias laki-laki itu mendorong tubuh Ara hingga terjatuh dari rooftop ini.

"Sepertinya ini cukup untuk diserahkan ke polisi," Theo menarik sudut bibirnya ke atas. Ia menyimpan video itu ke dalam USB sebagai jaga-jaga jika diperlukan suatu hari nanti. Tentu saja ia akan mengirimkan video itu kepada pihak berwajib tetapi hari ini bukanlah saatnya. Justru hari inilah saat yang tepat untuk menyebarkan informasi pembunuhan Ara ke sosial media dengan menggunakan akun anonim.

.

Bab 10

- Membuktikan Sebuah Dugaan -

.

Clifford mengedarkan pandangannya pada seisi kelas. Ia bertingkah seperti sedang menunggu seseorang yang belum terlihat sedari tadi. Tumben dia belum datang. Jangan-jangan dia nggak masuk? batinnya curiga.

"Cari siapa sih?" tanya Clarissa seraya meletakkan earphone milik kakaknya di atas meja laki-laki itu.

"Bella."

"Ck! Ngapain cari dia pagi-pagi begini? Bukannya bagus kalau dia nggak ada di kelas?"

"Lo itu kalau nggak tahu apa-apa mending diem aja. Balik ke meja lo sana. Bentar lagi bel masuk kan?"

Clarissa berdecak kesal lalu kembali duduk di bangkunya. Tak lama setelah itu bel masuk sekolah berbunyi, hal ini menandakan kalau kelas akan segera dimulai. Dan hingga saat ini tak ada tanda-tanda Arabella akan masuk sekolah.

"Nih. Dari Bella. Dia hari ini nggak masuk," ujar Randy yang tiba-tiba saja meletakkan sebuah USB di meja Clifford.

Laki-laki blasteran itu mengernyit bingung. "Kok bisa ada di lo?"

"Dia nitipin itu kemarin. Gue cuma perantara aja."

Bukannya mengerti, Clifford malah semakin merasa bingung. "Ngapain dia nitipin ini ke lo?"

"Ada kejadian yang membuatnya sakit hari ini. Lebih jelasnya tanya aja ke adik lo. Dia tahu semuanya," Randy menepuk pundak temannya. "Semangat presentasinya. Hari ini kelompok lo kan?"

"Oh? Iya, makasih," Clifford langsung menatap meja Clarissa yang ada di sebelah kiri bagian belakangnya. Matanya memicing curiga pada si pemilik bangku. Ngapain lagi sih anak itu? batinnya kesal.

***

Jessica berlari kecil seraya mendatangi seorang laki-laki yang sedang berjalan pelan dengan membawa beberapa buku tulis teman-teman sekelasnya. "Mau aku bantu?"

High Level (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang