Malleus

398 40 3
                                    

Arabella mendatangi Randy yang tengah duduk sendirian di taman sekolah. Tangannya menyodorkan sebotol minuman dingin yang baru saja dibelinya di kantin. "Buat kamu."

Sontak Randy menaikkan satu alisnya heran. "Thank you," ujarnya seraya menerima botol itu. "Tumben lo beliin minum buat gue."

"Memangnya nggak boleh?"

"Bukan gitu. Gue cuma tanya aja. Takutnya ada yang marah," Randy melirik sekilas pada gadis itu lalu tersenyum kecil.

Mendengar hal itu sontak membuat Arabella langsung membuang wajahnya ke arah lain. "Nggak usah bahas dia deh."

"Iya deh, sorry," sahut Randy yang kini terkekeh. "Lo mau ngomong apa ke gue?"

Gadis berponi itu menoleh lagi pada lawan bicaranya. "Nggak ada. Aku cuma mau nemenin kamu di sini. Setelah kejadian tadi aku nggak bisa ninggalin kamu dan Jessica sendirian. Emosi kalian pasti belum stabil."

"Terus lo kenapa nggak sama Jessica aja?"

"Sudah ada Clarissa."

"Kalau lo di sini emang pacar lo nggak marah?"

"Katanya dia mau ke sini juga."

Benar saja, Clifford datang setelah percakapan singkat itu. Kedua tangannya penuh membawa kantong plastik berisi makanan. "Lo ngapain ninggalin gue sih? Ini banyak tahu. Berat lagi," gerutunya sembari meletakkan kantong plastik itu.

"Kamu kan tadi bilang kalau kuat. Kenapa kamu nyalahin aku lagi sih?" sahut Arabella sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ya kan tadi gue nggak tahu kalau seberat ini. Lo yang peka dikit dong."

"Bilang aja lo masih mau berduaan sama Bella," celetuk Randy yang membuat kedua temannya menoleh. "Kenapa? Gue bener ya?"

Clifford langsung mengalihkan pandanganya berusaha tidak peduli. Akan tetapi telinganya berbicara lain karena sudah terlihat kemerahan. "Bahas yang lain aja bisa nggak sih? Kayak nggak ada topik lain aja."

"Apa kalian mau baca diary-nya Ara?" celetuk Arabella memberanikan diri.

Randy refleks menatap gadis itu lagi. "Kali ini lo serius mau kasih diary-nya?"

Arabella mengangguk yakin. "Aku nggak bisa memahami semua isinya karena aku nggak tahu banyak tentang Ara. Kalian kan lebih mengenalnya jadi aku rasa kalian berhak membaca diary itu. Lagi pula kita sudah menjadi satu tim jadi nggak perlu ada rahasia lagi di antara kita. Seperti masalah Jessica tadi, kalian perlu tahu apa yang Ara tulis supaya bisa memecahkan kasus ini."

"Lo... kok bisa punya diary-nya? Lo dapet dari polisi?" pertanyaan Clifford hanya dijawab anggukan oleh Arabella. "Jadi lo beneran punya koneksi sebesar itu sama polisi yang menangani kasus ini?" ujarnya terkejut.

"Bisa dibilang begitu," cengir Arabella malu-malu. "Besok aku akan bawa diary-nya. Aku harap kita semua bisa mengerti apa yang Ara sampaikan supaya masalah ini bisa segera selesai."

"Thanks ya, Bel. Makasih karena mau percaya sama gue dan yang lainnya," ucap Randy tulus. Tak lupa sebuah senyum yang menghiasi bibirnya.

Arabella tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Ia merasa senang karena kini dirinya dapat diterima dengan baik bahkan dapat membantu masalah teman-temannya. "Ya udah kalau gitu kita balik ke ruang klub aja. Kasihan makanannya keburu dingin."

Randy mengangguk setuju lalu menolehkan kepalanya. "Kenapa lo?" tanyanya heran saat melihat Clifford yang diam-diam ikut tersenyum.

Laki-laki blasteran itu refleks tersadar. "E-enggak. Ya udah ayo," baru saja ia melangkah tetapi kerah seragam bagian belakangnya malah ditarik Randy. Otomatis langkahnya jadi terhenti hingga membuatnya harus melepas tangan temannya dengan kasar.

High Level (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang