Costae Vera

396 40 11
                                    

Hi hii~

Maaf ya aku ga update bab ini tepat waktu soalnya minggu lalu kebetulan lagi sibuk 😭

Ya udah, langsung kalian baca aja ya

Happy reading ❤️

.
.
.
.
.

Theo menyerahkan ponselnya pada Randy. "Dia ngikutin gue terus sejak waktu itu. Lo kenal dia siapa?"

Dengan cepat Randy menggeleng setelah melihat sebuah foto yang ditunjukkan temannya. "Dia sempat tanya sesuatu ke lo?"

"Iya. Dia tanya gue ngapain ada di sana malam-malam. Terpaksa gue bohong kalau nemuin kenalan gue dan gue ketiduran makanya ada di sana sampai larut malam."

"Terus responnya?"

"Ya dia percaya aja sama omongan gue. Tapi setelah itu dia ngikutin gue terus. Sebelumnya juga udah ngikutin gue sih tapi gue nggak sadar aja. Gue pikir cuma kebetulan aja dia ketemu sama gue beberapa kali."

Randy terdiam sejenak sembari berpikir. Dia polisi di kantor mana ya? Kalau sesuai tempat kecelakaan itu seharusnya om Rudi kenal dengan kepala polisinya. Kalau nggak salah mereka berteman, ia tiba-tiba teringat dengan ucapan Clifford beberapa waktu yang lalu kalau Leon sudah bertanggung jawab atas kesalahannya di kantor polisi sehingga kasus tersebut sudah ditutup. "Lo tenang aja. Kasus itu sudah ditutup. Biar gue yang kasih tahu bokapnya Leon supaya polisi itu nggak ngikutin lo terus. Dia kenal kepala polisi di sana."

Theo tersenyum lega mendengarnya. "Makasih, Ran," ucapannya hanya dibalas anggukan oleh lawan bicaranya.

Ceklek.

Seorang gadis datang dan melangkah pelan ke arah dua remaja laki-laki itu. Ia memandang mereka secara bergantian kemudian berkata, "Ran, gue—"

"Kalian mau bicara berdua ya?" tanya Theo memastikan. "Kalau gitu gue—"

"Lo di sini aja, Yo. Gue juga mau ngomong sama lo," sahut Randy cepat. "Lo tahu kalau Ara udah lama nggak masuk sekolah?" laki-laki sebayanya itu hanya merespon dengan sebuah anggukan. "Lo juga mau Ara masuk sekolah lagi kan?"

Kini Theo menatap dua orang di hadapannya secara bergantian. "Iya. Gue juga maunya gitu tapi gue nggak bisa paksa dia terus. Ara berhak menentukan pilihannya sendiri."

Randy meraih salah satu tangan gadis itu kemudian digenggamnya erat. "Ra, balik ke sekolah lagi ya. Gue, Theo, temen-temen di kelas, bahkan guru-guru di sekolah pada khawatir sama kondisi lo. Kita semua mau lo kembali ke sekolah. Kita belajar bareng lagi ya."

Ara menunduk dengan wajah masamnya. "Ran, tapi—"

"Gue tahu lo udah berhenti dari pekerjaan kotor itu. Gue sempat tanya ke orang yang sering datang ke sana. Dia bilang lo udah lama berhenti. Lo pasti tersiksa banget ya kerja kayak gitu? Gue tahu lo anak baik, Ra. Lo berhenti karena hati nurani lo masih bekerja dengan baik. Sekarang waktunya lo kembali ke sekolah lagi. Lo kejar mimpi lo lagi ya. Lo kan udah janji sama gue buat kuliah bareng di Jepang. Lo bilang mau lihat bunga Sakura secara langsung. Kita ke sana sama-sama ya."

"Maaf, Ran. Gue nggak bisa. Gue juga berniat keluar dari klub. Gue nggak sanggup lama-lama ada di High Level."

"Gapapa. Lo kalau mau keluar dari klub gapapa kok. Gue akan bantu lo keluar dari sana biar lo nggak terbebani lagi dengan masalah keuangan. Tapi lo tetep masuk sekolah lagi ya. Kita semua kangen sama lo, Ra. Anak-anak di kelas banyak yang nanyain lo."

High Level (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang