Randy memasuki ruang kerja papanya dengan wajah malas. Ia merasa cukup lelah setelah mengikuti aktivitasnya seharian ini. Dan ia juga sedang malas berdebat dengan pria yang menjadi papanya itu. Meski apa pun yang pria itu katakan akan selalu diturutinya tetapi untuk mengutarakan pendapat pada pria itu saja ia benar-benar malas. Rasanya tenaga yang ia miliki benar-benar sudah terkuras habis.
William melirik sekilas pada anak satu-satunya yang baru saja menutup pintu. "Kenapa wajahmu lesu begitu?"
Remaja laki-laki itu mendudukkan dirinya di atas sofa ruangan ini. "Kecapekan aja. Papa mau bicara apa?" ucapnya dengan nada datar.
"Papa punya proyek besar dengan pak Ferdi. Papa ingin kamu terlibat untuk membantu memperlancar proyek yang papa buat ini."
Refleks Randy memutar bola matanya malas. Untung saja saat ini ia tidak sedang duduk berhadapan dengan papanya. "Langsung ke intinya saja. Aku butuh istirahat lebih cepat."
"Kamu akan bertunangan dengan Jessica."
Satu kata yang terlintas langsung di dalam benak Randy adalah tidak. Mana mungkin ia bertunangan dengan gadis yang tidak ia cintai. Terlebih lagi Jessica sudah lama ia anggap seperti adiknya sendiri karena mereka sudah menjadi teman sedari kecil. "Pa, tapi-"
"Tidak ada penolakan, Randy!" tegas William dengan tatapan tajam. Ia berpindah ke tempat duduk yang ada di hadapan anaknya. "Papa sudah memilihkan pasangan yang sempurna untukmu. Kamu ingat kan apa yang selalu papa katakan?"
"Keluarga kita harus sempurna," ujar Randy dengan nada yang lesu.
Senyum William seketika mengembang yang mana menandakan kalau ia puas dengan jawaban anaknya. Itu artinya Randy sudah paham betul dengan konsep yang selalu ia tekankan. "Papa hanya menyuruhmu bertunangan, bukan menikah. Papa juga tahu kalau kamu masih harus fokus ke sekolahmu. Makanya satu-satunya jalan yang tepat untuk mengikat kalian adalah dengan bertunangan. Papa tidak akan menuntut lebih dari ini untuk sementara waktu."
Tapi aku tidak pernah menyukai Jessica sebagai pacar, Pa, sejujurnya kata itu yang seharusnya keluar dari bibir Randy. Namun yang keluar malah ucapan setuju dan pamitan untuk kembali ke kamarnya. "Sialan," ia mengacak rambutnya kesal seraya melangkah menaiki tangga.
.
Bab 6
- Guru Sementara -
.
Arabella berlari kecil mengejar langkah seseorang yang berjalan santai sambil memainkan ponsel. "Clifford!"
Sang pemilik nama menoleh pada sumber suara. "Hai, Bel," sapanya sambil melambaikan tangannya yang memegang sebuah benda pipih.
"Ini," Arabella menyerahkan sebuah kantong plastik berisikan beberapa roti.
"Yang kemarin?"
Gadis berponi itu mengangguk. "Semoga kamu suka. Aku titip buat yang lainnya juga ya."
"Siap. Thanks ya," tanpa sadar Clifford mengambil kantong plastik itu dengan tangannya yang diperban.
Seketika Arabella mengernyit saat melihat tangan laki-laki itu . "Tanganmu kenapa?"
"Oh... ini?" Clifford mengangkat tangannya yang dimaksud. "Luka kecil aja. Kemarin gue habis pecahin gelas terus waktu bersihin pecahannya malah kena tangan," ucapnya asal.
"Kalau luka kecil kan nggak mungkin di perban."
"Mommy gue lebay makanya malah jadi begini. Nggak usah lo pikirin. Tangan gue udah baik-baik aja kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
High Level (Completed)
Mystery / ThrillerHigh Level merupakan sebuah klub populer di Alana High School. Klub ini terdiri dari 4 orang ambisius yang selalu menguasai ranking teratas sekolah. Mereka adalah : (1) Randy Geraldo, (2) Jessica Leoni, (3) Clifford Helixson, dan (4) Clarissa Helixs...