Maxilla

726 142 230
                                    

Maaf ya jadwal updatenya mundur lagi :(

Aku kemarin ga sempat ngedit cerita ini soalnya sibuk banget 😭
Maklum udah semester tua yang pusing ngurus skripsi hehe

Langsung baca aja deh.
Happy reading yaa 💕

.
.
.
.
.

Ruang pertemuan kini sedang dipenuhi oleh orang tua dari anak-anak klub High Level, kecuali wali dari Ara. Mereka sedang mengadakan rapat untuk membahas kehadiran Ara yang semakin lama semakin membuat resah bagi klub itu. Tidak hanya karena nilai Ara yang semakin bagus semenjak bergabung di klub ini, kehadiran gadis itu ternyata berpotensi memecah keluarga mereka juga. Karena alasan itulah maka saat ini mereka merencanakan untuk mengeluarkan gadis itu dari High Level.

"Aku kan sudah pernah bilang jangan terima anak nggak jelas itu. Kalian kenapa tetap mau menerima dia? Begini kan jadinya," omel Jeffry kesal.

"Itu kan permintaan Jessica. Lagian anakmu juga setuju kan? Kita semua juga nggak ada yang tahu kalau anak itu bisa membuat masalah sampai seperti ini," sahut Diana yang bingung dan kesal sekaligus. "Padahal anak itu dulu teman baik Jessica tapi sekarang menusuknya dari belakang," ia menggelengkan kepalanya tak percaya. Jujur saja ia sedikit menyesal sempat memperlakukan Ara dengan baik.

Jeffry memutar bola matanya kesal sembari mendengkus. "Kalau begitu keluarkan saja dia."

"Dengan alasan apa?" tanya Stella datar. Ia menoleh ke samping untuk menatap suaminya. "Alasannya harus jelas kan? Nama baik kita semua dipertaruhkan kalau anak itu keluar dengan alasan yang tidak jelas. Kamu bisa nggak sih pikir dulu sebelum bicara?"

Ferdi memukul meja di depannya dengan pelan. Ia tidak bisa berpikir jika situasi di sekitarnya sangatlah berisik. "Diamlah. Silahkan bicara jika kalian punya solusi. Kalau kalian hanya ingin bertengkar lebih baik diam saja," tatapnya tajam pada sepasang suami istri yang berisik itu.

"Bukannya itu tugas anak-anak kita untuk mencari alasannya? Mereka kan yang sering bertemu dengan anak itu otomatis mereka jauh lebih paham kelemahannya. Kita bisa membantu mereka dengan membuat rencana dan memberi fasilitas kan?" usul Sarah sambil mengedarkan pandangannya.

William yang masih diam sembari mengetukkan ujung jarinya di atas meja ternyata masih memikirkan alasan yang tepat supaya bisa mengeluarkan Ara. Namun sebuah ide gila tiba-tiba terlintas di pikirannya. "Bukannya Clarissa dan Jessica sempat bertengkar dengan anak itu? Ada yang sampai terluka kan?"

Refleks Stella mengernyit bingung. "Maksudmu apa bicara seperti itu? Kamu mau rumor bullying di High Level tersebar lagi di sekolah ini?"

"Bukannya itu poin pentingnya? Kita bisa menjadikannya si pem-bully kan?"

"Kamu ingin Jessica terluka lagi karena anak itu?" giliran Diana yang tidak mengerti dengan jalan pikiran pria itu. Mana mungkin ia mau anaknya jadi terluka lagi karena ulah anak sialan itu.

Sarah menyenggol lengan suaminya sambil menggeleng. "Hentikan pikiran gilamu. Mereka masih anak-anak. Jangan pakai kekerasan," bisiknya mengingatkan. Entah kenapa ia merasa kalau rencana yang sedang dipikirkan suaminya adalah rencana yang cukup berbahaya.

"Justru itulah poinnya," William kembali menatap teman-temannya setelah menatap istrinya. "Ini masalah anak-anak jadi biar mereka saja yang terlibat. Kita hanya perlu membantu mereka dengan memberikan usul."

"Usul? Usul seperti apa yang kamu pikirkan?" tanya Ferdi penasaran.

"Playing victim."

Seketika semua orang saling bertukar pandang dengan bingung. Bukankah cara itu terlalu beresiko? Apalagi jika menggunakan kekerasan.

High Level (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang