2. Teman Yang Sehati

2K 121 0
                                    


Sesuai dengan apa yang dibilang Ayah tadi pagi, siang ini kembali pergi bekerja.

Kerja banting tulang demi anak-istri boleh tapi quality time juga jangan lupa. Jadi tidak berasa capeknya saat bekerja.

Kembali pada awal topik, sekarang karena benar-benar bosan ditinggal sendirian di rumah. Rakala pergi ke halaman belakang.

Melihat kambing kesayangannya yang diikat di pohon mangga.

"Bosan aku, temenin ya." Ujarnya, mengelus kepala kambing putih yang diberi nama Moka tersebut.


Lalu duduk selonjoran di atas rumput Jepang dekat kambing kesayangannya, Rakala jadi teringat momen Anindita beserta teman-temannya yang lain dikejar Moka.

Waktu itu saat pertama kali kambing dengan nama Moka ini dibeli, karena sahabat perempuannya yang punya tingkat kekepoan tinggi jadi disenggol-senggol lah itu tanduk.

Berakhir dikejar sampai jalan raya.

"Kamu jahat tau kayak gitu ke Dita."

"Mbekkkk!!"

"Tapi nggak boleh gitu kan dia nggak sengaja." Balas Rakala, seakan mengerti apa yang kambingnya ini ucapkan.

"Bosan Mo, gimana caranya ya bikin Bang Tian pulang?" monolognya, berbaring pada rumput hijau yang terawat oleh tukang kebun di rumah, menatap hamparan langit biru dengan segumpal awan putih.

Si Moka yang mengerti suasana hati tuannya lantas ikut duduk di samping Rakala.

"Tumben kamu nggak banyak ngomong, capek ya?"

"Adennnn, kenapa di sini. Nanti kalau ketahuan Ibu gimana?!" sesaat keheningan terganggu saat teriakan Bi Sarti menggema.

Bi Sarti adalah salah satu asisten rumah tangga keluarga Adijaya, sudah lama. Saat Rakala masih bayi sampai segede sekarang.

Jadi, bagi Rakala Bi Sarti sudah seperti Bunda kedua.

Dekat dengannya senyaman dekat dengan Bunda.

"Kenapa di sini, panas Aden!"

"Nggak papa Bi, bosan di dalem rumah terus. Lagi pula Bunda ke toko kan?" sela Rakala.

"Tapi..."

"Udah, mending kalau Bibi nggak sibuk temenin Raka di sini." Ucap Rakala, masih dengan senyum yang jadi candu bagi orang-orang rumah.

Mau tidak mau ya Bibi turuti, lagipula pekerjaannya tidak banyak. Duduk di dekat anak majikannya yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri.

Mengusap rambut lepek Rakala yang terkena keringat dingin.

Hening yang mulai hadir kembali serta nyaman elusan Bi Sarti rasanya ingin sekali Rakala memejam. Angin yang berhembus bahkan tak kalah nyaman.

"Aden tidur?" tanya Bi Sarti.

"Nggak."

"Jangan tidur di sini, di kamar aja ya?"

RAKALA BASWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang