20. Dia Yang Menyerah [END]

2.4K 95 0
                                    


Selepas dipanggil oleh murid laki-laki yang Rakala sendiri tidak tau namanya, sebab di seragamnya tidak terdapat name tag.

Seperti yang dibilang tadi Rakala sekarang berada di gudang belakang sekolah yang lumayan lama tidak dikunjungi.

Jadi banyak debu serta sarang laba-laba di mana-mana.

Masuk lebih dalam ke arah gudang yang lumayan gelap, hanya masuk cahaya dari beberapa celah. Katanya wali kelasnya memanggil ke sini, tapi di sini tidak ada siapapun.

"Gue dikerjain kali ya?" tanya Rakala, mengarahkan pandang ke segala penjuru gudang, banyaknya debu membuatnya terbatuk.

"Ibu manggil ke sini kenapa ya, biasanya juga kalau ada sesuatu langsung ketemu." Monolog Rakala, sedikit merasa aneh.

Lantas suara jejak kaki dari arah belakang menyapa indra pendengarnya.

Menoleh ke belakang dengan senyum tipis berpikir bahwa itu wali kelasnya kemudian luntur begitu saja saat remaja yang tadi memanggilnyalah yang masuk.

Tidak sendiri, melainkan dengan beberapa orang temannya dengan pakaian yang dibiarkan seperti berandalan.

"K-kamu yang panggil saya kan?" tanya Rakala memastikan.

"Bener, kenapa?" suara berat yang mengalun, satu langkah remaja itu maju ke hadapan Rakala. Sedangkan Rakala sendiri malah melangkah mundur.

"Lo percaya?" karena jarak yang lumayan dekat Rakala hampir tidak bisa bernafas karena bau asap rokok yang pekat menguar.

"Maksudnya?"

"Nggak usah berlagak polos lo, oke, sekarang langsung ke intinya aja. Lo pacaran sama Anindita Atma?" tanya dengan nada yang mulai berubah itu mampu membuat Rakala tidak nyaman.

Untuk apa remaja yang tidak ia kenal ini menanyakan hubungannya dengan Anindita. Di tempat seperti ini pula.

"Memang apa pentingnya untuk kamu?"

Terkekeh dengan culas remaja tersebut semakin mendekat ke arah Rakala, Rakala yang ingin mundur tapi sudah tidak bisa karena punggungnya yang bertabrakan dengan lemari tua.

"Gue suka sama Dita. Dan lo udah rebut dia dari gue." Ujar remaja tersebut, dengan penuh penekanan di setiap kata.

Kelu hanya sekadar berucap lantas Rakala menghela nafas sejenak, mencoba menjauhkan pemuda di depannya ini tapi malah kerah bajunya dicengkram.

"Mau kamu apasih sebenarnya?!"

"Mau gue? Lo putus sama Dita."

"Nggak bisa."

"Kenapa?!"

Melihat lekat obsidian di hadapannya kini Rakala mencoba untuk tetap tenang, karena jujur, sesak itu mulai datang. Lagi. Semakin nafas dihela semakin sesak menghujam.

RAKALA BASWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang