9. Kambuh

2.3K 89 0
                                    


Usai makan malam, kini Bunda dan Rakala duduk bersantai di sofa ruang tamu. Menonton telivisi sambil menunggu Ayah pulang.

Nampaknya sang kepala keluarga lembur lagi.

Berbaring di sofa panjang dengan paha Bunda sebagai bantalan, Rakala tampak asik memainkan ponselnya.

"Siapa tuh?" celetuk Bunda, dengan tangan yang senantiasa mengusap surai Rakala.

"Dita, Bun." Jawab Rakala.

"Lancar nih pendekatannya?" Rakala yang ditanya seperti itu hanya menggeliat di atas sofa. Salting dia.

Tersenyum penuh melihat mood anaknya yang tidak lagi merenung di balkon itu, Bunda kecup singkat kening Rakala.

"Nanti kalau udah jadian, dijaga ya." Ujar Bunda.

"Doain ya, Bun."

"Pasti dong, doa ibu selalu menyertai setiap langkah anaknya."

Setelahnya lama hening mengambil alih, mengisi kekosongan ruang. Semakin dingin malam memeluk tapi keduanya yang masih terpatut pada kegiatan masing-masing.

Bunda yang menonton sinetron serta Rakala yang bermain ponsel.

"Bunda." Sampai pada panggilan pelan dari Rakala mengalun. Bunda alihkan atensinya pada sang anak bungsu.

"Kenapa?" tanyanya.

"Kalau menurut Bunda, perempuan maunya laki-laki yang seperti apa?" tanya Rakala.

Satu kata yang dapat Bunda tangkap, Rakala masih terlalu polos.

Terkekeh kemudian mengacak gemas rambut hitam tersebut.

"Kalau menurut Bunda sih tipe seperti Ayah kamu sudah lebih dari cukup. Tapi, kembali lagi Raka pada tipe perempuan yang selalu berubah-ubah."

"Nggak cukup tentang kesempurnaan fisik atau materi, tapi prilaku yang baik juga harus diutamain." Sambung Bunda.

"Jadi, prilaku kita harus sempurna?"

"Tidak harus sempurna, tapi setidaknya kamu bisa mengerti perasaan perempuan yang tidak tetap."

"Tidak perlu meniru perlakuan laki-laki lain terhadap pacarnya, tapi perlakukan pacar kamu dengan gayamu sendiri."

Perkataan Bunda yang usai mampu direkam dengan baik oleh Rakala.

"Ngerti kan?" tanya Bunda.

"Ngerti, Bun. Jadi kalau Raka udah jadian sama Dita, harus punya komitmen bersama nggak, Bun?"

"Harus itu. Entah komitmen dalam hal percaya atau dalam hal lain. Saling mengerti, cemburu juga boleh tapi jangan berlebihan. Intinya kalau saling menghargai hubungan Insya Allah langgeng." Jelas Bunda.

Rakala yang hanya mangut-mangut itu lantas tersenyum penuh.

Dapat pelajaran baru dari sudut pandang perempuan tentang bagaimana laki-laki yang baik untuk diajak berhubungan.

RAKALA BASWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang