16. Jalan Bareng

866 54 0
                                    


Sepanjang jalan pagi ini ke rumah Anindita, membelah jalanan yang lumayan padat dengan senyum yang terus-menerus mengembang.

Rakala benar-benar ingin menikmati hari ini dengan full senyum.

Sesampainya di depan gerbang rumah Anindita, bahkan sebelum mengklakson orangnya sudah keluar lebih dulu. Dengan seragam putih abu-abu serta kardigan rajut warna biru muda yang pas-pas saja di tubuh ramping Anindita.

Rambut hitam legam yang dibiarkan terurai dengan bau manis khas shampoo buah-buahan jadi candu yang tidak akan pernah dilupa.

Jiwa sempurna sama seperti namanya.

"Udah siap nih?"

"Udah dong!" jawab Anindita, menjawab dengan segala gelora semangat yang menguar.

Senyum Rakala mengembang saat melihat antusias Anindita, penampilan biasa seperti ini bahkan jauh lebih Rakala suka daripada kebanyakan cewek di luar sana yang berpenampilan menor.

Berlebih-lebihan hanya ingin dipandang sedap oleh laki-laki, tapi ada juga yang ingin cantik karena diri sendiri ataupun tentang tuntutan fisik yang harus sempurna.

"Cantik banget sih ayangku." Ujar Rakala, mengusap gemas rambut Anindita yang kemudian dirapikan lagi karena anaknya sudah manyun.

"Ayangku juga ganteng." Tidak tahan melihat betapa menggemaskannya perempuan di depannya ini membuat Rakala terkekeh.

"Gemezzz, pengen gigit pipinya boleh nggak?" tanya Rakala, mencubit sekilas pipi bulat milik Anindita.

"Nggak boleh."

"Kenapa?"

"Harus bayar dulu." Celetuk Anindita.

"Bayar pakai apa nih, album? Ligthstick? Novel?" tanya Rakala beruntun. Seingatnya cewek suka yang begituan, apalagi jaman sekarang sudah banyak budaya korsel yang masuk.

"Bayarnya pakai....... jalan-jalan." Ujar Anindita setelah berpikir panjang.

Mendengar itu Rakala termangu.

"Jalan-jalan doang nih?"

"Iya!"

"Ke mana?"

"Ke mana aja pun boleh, apalagi ke hati aa." Ucap Anindita, kemudian tergelak melihat ekspresi cengo Rakala.

"Ohhhh, udah pinter gombal ya sekarang. Belajar dari siapa nih?"

"Kara!"

.

Berjalan berdua di koridor sekolah menuju kelas dengan tangan saling bertaut, membuat pendar anak-anak lain menatap ke arah dua sejoli tersebut.

Bisik-bisik tentang hubungan mereka kini mulai terdengar tapi tidak dihiraukan oleh Rakala dan juga Anindita.

Tetap berjalan sambil mengayunkan tangan yang enggan terlepas pun dengan senyum keduanya yang mengembang sempurna.

RAKALA BASWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang