5. Kapan Pulang?

1.2K 86 0
                                    


Sebagian orang mungkin berpikir akan mudah saat ulangan di kelas mencontek milik teman yang telah selesai. Tapi, ada tidak enaknya. Kita tidak tau apakah jawaban itu benar atau tidak.

Kalau salah ya salah siapa yang mencontek.

Maka dari itu ulangan harian sejarah kali ini di kelas Mipa 4 tidak ada satupun yang mencontek pada teman sebangku.

Masing-masing mengerjakan sendiri.

Entah yang kembali menerawang materi hapalan yang dihapal atau sembunyi-sembunyi mencari di nenek google.

Untung-untung kalau nggak ada yang bunyi.

Guru sejarah yang mengawas di atas sana bahkan tidak jalan mengecek anak-anak lain yang mungkin mencontek. Hanya berpatut pada hp yang terdengar suara dari game bernama 'Pou'.

Tapi, sesekali melirik pada anak muridnya. Anak-anak Mipa 4 itu yang paling baik dalam mencontek. Pintar mengalihkan ekspresi agar tidak kentara jika mencontek.

"Huh, kalau balik bilang-bilang atuh, Bu. Kaget saya." Lirih suara Kara.

Karena di sini bangkunya versi duduk sendiri-sendiri. Jadi, jarak antara Kara dan Aksa cukup jauh.

Mana duduk paling depan padahal bukan murid yang pintar-pintar amat. Jadi kalau mau lihat contekan di hp harus sembunyiiiii banget.

Aksa yang ada di sebelah Kara hanya menghela nafas lelah.

"Jangan ribut Kar, nanti ketauan." Bisik Aksa.

Mulutnya Kara memang agak susah kalau disuruh menginjak rem. Nyerocos mulu, sama tuh satu frekuensi sama Rakala.

Rakala yang duduk paling belakang hanya bisa geleng-geleng kepala. Tidak habis pikir dengan dua sahabatnya itu.

"Kalau kayak gitu bisa ketauan, goblok!" umpat Rakala masih dengan nada paling lirih.

Melirik guru sejarah di atas sana yang juga ikut meliriknya. Hanya dibalas senyum oleh Rakala.

"Kenapa Raka?" tanyanya.

Dalam hati Rakala mengumpat habis-habisan, kenapa jadi dia yang kena.

"Nggak papa Bu, kali ini Ibu cantikkkk banget." Goda Rakala.

Yang dipuji memang dasarnya guru yang mudah salting jadi gampang tersipu.

"Bisa saja kamu, Raka. Sudah selesai?"

"Satu nomor lagi, Bu." Jawab Rakala. Guru sejarah di atas lalu kembali mengalihkan pandang pada ponselnya.

Hela nafas lega lantas terhembus dari ranum Rakala.

"Gara-gara preman kampung di depan tuh hampir aja ketauan gue."

Anindita yang berada di sebelahnya cukup terkekeh mendengar umpatan Rakala.

"Ketauan ngapain, Ra. Emangnya lo nyontek?"

Rakala yang termangu mengerjap perlahan, benar juga, ia bahkan lupa mengisi ulang pulsa data, mana bisa nyontek di google.

Tidak mencontek juga pada teman yang lain lantas kenapa panik saat guru menegur.

RAKALA BASWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang