Epilog; Bersama Kenangan Yang Tinggal

1.4K 60 0
                                    


Beberapa tahun setelahnya...














Jejak di atas lantai putih nan dingin mengadu, tapak demi tapak terdengar. Riuh suaranya seakan bergelud dengan isi kepala.

Pakaian kasual yang melekat menjadikan sosoknya berubah menjadi sosok yang jauh lebih dewasa.

Di sini, tempat di mana seseorang telah melenyapkan pria yang paling ia cintai. Mendekam di balik jeruji besi hingga bertahun-tahun ke depan.

"Maaf Pak, saya ingin membesuk seseorang."

"Atas nama siapa ya, Mbak?"

"Reno Bintara."

"Baik, silahkan tunggu di ruang tunggu dulu ya." Selepas itu Anindita melangkahkan kaki jenjangnya pada ruang tunggu yang disediakan. Ini kali pertama Anindita membesuk seorang Reno Bintara setelah beberapa tahun terlewati.

Akibat dari ulahnya yang telah menghilangkan satu nyawa.

Beberapa tahun sudah berlalu dan luka itu masih ada. Bayangan saat Rakala menghapus air matanya untuk yang terakhir kali masih sering hinggap.

Kata-kata manis yang terucap terus hadir membuat ikhlas sulit digenggam.

Anindita tidak pernah baik-baik saja selepas hari itu. Ia hancur, hancur sehancur-hancurnya.

"Dita." Panggilan dari arah depan kini mengalihkan atensinya.

Menatap ke arah pria yang kini terbalut seragam tahanan serta didampingi salah satu polisi.

Setelah ditinggal oleh polisi itu, Reno lalu duduk di hadapan Anindita. Lama terdiam, membiarkan suasana sesenyap tempat pemakaman. Jangankan bicara rasanya duduk di hadapan Anindita Reno tidak merasa pantas.

Beberapa tahun sudah terlewati ia mendekam di sini cukup untuk membuat rasa bersalah selalu menemaninya. Apalah daya, menyesal di akhir tidak akan mengubah apapun.

"Gimana kabar kamu?" tanya Anindita.

"Baik."

Anindita juga bingung ingin berucap apa, melihat Reno membuat ingatan tentang Rakala kembali. Memaafkan? Itu pasti bagi Anindita, tapi tidak untuk melupakan.

Siapa yang rela saat seseorang merenggut nyawa orang yang paling kita cintai?

Jawabannya tidak ada.

"Aku ke sini juga nggak mau aneh-aneh, cuman mau tau kabar kamu aja."

Reno yang mendengar lantas hanya membalas dengan anggukan.

"Maaf." Ucap Reno, kepala yang menunduk mulai timbul rasa bersalah kembali.

Anindita tersenyum tipis.

"Maaf? Udah nggak perlu, Ren. Semua sudah tidak bisa diperbaiki hanya dengan kata maaf." Ujar Anindita, perasaannya kini seperti dipermainkan. Sesak sekali, air mata yang tidak tau kapan luruh itu hanya ia hapus sekadarnya.

"Cukup perbaiki diri Reno. Setelah keluar dari sini, Aku harap Kamu bisa jadi pribadi yang jauh lebih baik lagi." Kata terakhir Anindita mengalun sebelum ia beranjak.

RAKALA BASWARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang