Raka membuka kedua matanya lalu diakhiri kedipan satu kali guna menyesuaikan penglihatannya yang sempat memburam. Dia menengok ke samping kanan di mana tak mendapati Jean di sebelahnya. Dia bergerak menengok ke kiri untuk melihat pintu kamar mandi yang terbuka, menandakan bahwa istrinya tidak sedang mandi sekarang.
Pria itu bangun dengan tatapan kosong. Setiap sebelum pergi mandi, selalu saja ada keinginan tidak berangkat bekerja. Raka menjadi malas seketika dan ingin terus bergelung selimut sampai matahari kembali terbit.
Tapi niat buruk itu selalu Raka lawan dengan paksaan, dan hasilnya pun jelas seperti hari-hari sebelumnya.
Raka beranjak dari tempat tidur. Dia berjalan lesu keluar dari kamar. Sepenuhnya nyawa Raka kemungkinan memang belum terkumpul semua. Pria itu lebih mirip seperti robot.
"Bun, agenda hari ini apakah mempresentasikan Nasi Goreng?"
Lihat, pria itu memang benar-benar belum sepenuhnya sadar.
Sosok pria manis selain Jean yang ada di sana memandang Raka dengan heran. Jean sendiri langsung menepuk jidat oleh kelakuan random sang suami.
Bagaimana tidak, Raka tiba-tiba mencelupkan kedua tangannya ke dalam akuarium berisikan ikan-ikan hias, dan dengan tak diduga dia membasuh wajahnya di sana.
"Dia begini kalau sehabis bangun tidur?" tanya pria itu.
Jean menggeleng. "Kadang-kadang sih, Bun. Biasanya kalau mas Raka lagi kecapekan banget, dia bakal seharian tidur dan kalau belum cukup tidurnya, ya mungkin ngira masih di alam mimpi, hahaha!"
Pria manis itu adalah Bundanya Jean; Jafas Arsetya, istri dari Septian Hatta Prawira.
Jafas datang sekitar pukul 5 pagi, diantarkan oleh kakak laki-laki Jean. Beruntung pada jam-jam tersebut, Jean sudah berkutat di dapur guna menanak nasi. Namun sayangnya, sang kakak; Marko malah harus terburu-buru pergi ke kantor menyusul sang Papah. Padahal Jean amat sangat merindukan laki-laki itu.
Omong-omong Marko itu masih single. Bukan karena tidak ada satupun perempuan atau laki-laki manis yang tertarik dengannya, tapi tipe Marko yang terlalu tinggi dan sok jual mahal itu membuat mereka yang ingin mendekati Marko harus mundur.
Marko sangat pemilih terhadap pasangannya, sampai sekarang pun tak ada satupun orang yang dibawa Marko ke rumah untuk dikenalkan kepada orangtuanya. Dia dengan sukarela membiarkan adiknya melangkahinya untuk menikah.
Lagipula Marko juga tak yakin apakah dirinya akan menikah atau tidak. Marko masih ingin sendiri dan bekerja mencari uang untuk keluarganya.
Kembali ke dalam cerita. Jafas terkikik geli menyaksikan kekonyolan menantu tampannya yang kelewat absurd. Sosok Raka yang selalu berwibawa ketika bertemu dengannya, akan seperti bocah yang suka bermain jika seperti ini.
"Raka, ya ampun, anakku ...." Jafas langsung saja menghampiri Raka lalu menggiringnya agar duduk di salah satu kursi yang ada di ruang makan. Dapur dan ruang makan kebetulan jaraknya cukup dekat, hanya terhalang oleh tembok dengan pintu kecil ala-ala di restoran bintang lima.
"Loh, Bunda Jeje kok di sini?!" pekik Raka heboh. Dia sampai berdiri lagi saking terkejutnya.
"Dari tadi juga Bunda udah sampai di sini, anak Bunda yang ganteng. Kayaknya kamu jangan terlalu capek-capek banget deh, kesannya mirip orang habis minum alkohol yang toleransinya banyak sampai bikin si peminumnya selain mabuk juga halusinasi."
Raka berkedip beberapa kali untuk memahami maksud perkataan sang Bunda mertua. Ia kemudian menatap Jean yang bersedekap dada memandangnya.
"Kenapa sih?"
"Gak papa kok. Cuma habis lihat orang yang cuci muka bukannya di kamar mandi malah cuci muka pake air di akuarium." Selepas mengatakan itu, Jean pergi ke dapur untuk lanjut memasak. Jafas lalu mengikutinya sambil menahan tawa.
Raka sendiri makin tak mengerti. Ada apa sebenarnya?
"Kenapa sih, kalian aneh banget." Pria itu menyusul ke dapur meminta penjelasan.
"Coba kamu cek CCTV, lihat sendiri deh," saran Jean. Raka langsung bergegas ke ruang CCTV untuk memeriksa ulang apa yang terjadi.
Setibanya dia di sana, Raka lekas menghidupkan komputer. Dia memandang satu persatu rekaman CCTV, sampai satu rekaman di mana memperlihatkan dirinya yang sedang mencuci muka pada akuarium.
Kedua pipi Raka memerah. Sial, memalukan, benar-benar memalukan. Harga dirinya di depan sang Bunda mertua rusak sebab baru bangun tidur. Sungguh nasib sial!
Apalagi Raka dibuat semakin enggan menampakkan muka karena kedua pria manis itu sedang tertawa seolah tahu dirinya sudah melihat rekaman.
"Ngurung diri deh kayaknya sehabis ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prayogo Family
FanfictionHanya bercerita sedikit tentang kisah keluarga yang dipenuhi sekali dengan kehebohan di dalamnya. ㅡ Huang Renjun as Raka Andhi Prayogo (top) ㅡ Lee Jeno as Jeanzel Hatta Prawira (sub)