16. Bayi Besarnya Raka

1.1K 142 5
                                    

"Ooh, begitu, ya? Jadi tidak ada libur untuk besok?"

"...."

"Baiklah, saya mengerti. Akan saya sampaikan kepada karyawan saya. Terima kasih." Raka menyudahi sambungan teleponnya. Raut pria itu berubah murung. Baru saja mendapat kabar bahwa tahun baruan besok malam, ia masih diharuskan bekerja seperti biasa. Tak ada kata libur untuk sekedar menikmati kebersamaan detik-detik tahun baru dimulai.

"Tahun lalu juga sama. Pada akhirnya cuma bisa dengerin seruan dan pesta meriah dari orang-orang di luar. Sedangkan aku, pulang lembur langsung tidur. Ternyata jadi pemimpin perusahaan berat banget cobaannya," keluh Raka muram. Ia berulang kali menghela napas panjang. Sampai Raka merasakan sesuatu menyentuh pundaknya. Diapun menengok tatkala mendapati Jean yang tengah menatapnya lembut.

Ditarik tangan Jean hati-hati lalu menggenggam telapak tangan yang terasa halus itu. "Setiap perusahaan gak ada yang diliburkan. Semua tetap harus bekerja. Kejadian ini sama aja kayak tahun lalu. Aku minta maaf untuk besok malam gak bisa nemenin kamu sama Aiden."

"Kenapa minta maaf? Ya sudah toh kalau gak bisa. Lagian aku sama Aiden juga gak bakalan egois buat nahan kamu di rumah biar ikut merayakan kemeriahan tahun baru. Kamu kerja buat aku sama Aiden. Buat memenuhi kehidupan keluarga kecil kita. Tahun baru bukan apa-apa menurutku. Kecuali kalau aku meninggal, terus kamu tetep kerja. Aku gak bakalan terima dan bakal hantuin kamu kalau misalkan sampai gak dateng!"

Raka mencubit gemas pipi gembil Jean. "Heh, apa-apaan kok ngomongnya begitu sih. Aku gak suka."

"Mas Raka pasti sukanya yang begini." Jean mendekatkan wajahnya lalu mengecup secepat kilat bibir tipis Raka. Tak ingin menunggu reaksi selanjutnya, buru-buru Jean kabur meninggalkan Raka yang sedang terbengong.

"Wah, bunda curang. Kurang lama ciumnya!"

...

Pagi ini Jean akan pergi ke pasar. Mendekati malam tahun baru, pastinya para pedagang di pasar telah menyiapkan apa-apa saja yang dibutuhkan konsumen untuk nanti malam. Sebelum pergi, Jean takkan luput dari tugasnya menyiapkan sarapan untuk Raka. Karena sekolah telah libur dari hari-hari sebelum mendekati tahun baru, maka Jean akan membiarkan Aiden tidur sepuasnya. Anak itu katanya ingin begadang untuk melihat kembang api dan makan banyak-banyak.

Jean mengambil ponsel Raka yang tergeletak di atas nakas. Saat membuka kunci layar, terdapat banyak notifikasi dari beberapa chat. Jean tersenyum tipis. Ia sudah tahu terlebih dahulu siapa saja yang mengirimi Raka pesan. Selama mereka menikah, Jean tidak pernah menemukan hal janggal dari handphone milik suaminya. Entah dari chat atau media sosial Raka yang isinya pun kebanyakan postingan tentang dunia kewirausahaan. Nomor di kontak aplikasi chat Raka juga hanya teman-teman seperkantorannya dari laki-laki hingga perempuan sebagian. Itupun yang Jean kenal dan menjadi teman sementaranya saat mengunjungi kantor Raka. Jean beruntung memiliki suami setia seperti pria itu.

Jean memutuskan tidak ingin lebih jauh mengetahui privasi suaminya. Lagi pula Jean mempercayai Raka. Jean menggulir layar ponsel tersebut, menekan aplikasi jam dimana ia akan memasang alarm untuk suaminya. Takut semisal Raka belum bangun disaat dirinya belum pulang. Lagi pula jam weker di kamar mereka kehabisan baterai. Raka maupun Jean seringkali lupa ingin membelikan baterai baru.

Pria manis itu memakai mantel tebal ditubuhnya. Ia akan naik motor, yang pastinya disepanjang jalan udara akan terasa sangat dingin. Jean mendekati tempat tidur. Duduk dipinggiran kasur seraya terkikik. Tangannya tergerak memperbaiki posisi selimut yang membalut tubuh Raka. Suaminya itu tidur seperti bayi menggemaskan. Jean mendekatkan wajahnya guna mencium kening Raka.

"Aku pergi dulu, mas. Cuma bentar doang."

Jean berdiri dari duduknya. Hendak melangkah. Namun, belum sepenuhnya beranjak, Jean merasakan pergelangan tangannya ditahan. Mengakibatkan langkahnya pun ikut terhenti. Ia menengok. Jean melihat Raka sedang menatapnya dengan tangan mencekal Jean agar tak pergi.

Prayogo FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang