17. Tahun Baruan

722 120 5
                                    

"Kamu hati-hati dijalan. Jangan ngebut, pelan-pelan aja kalau mengemudi. Aku nanti ke kantor anter makan siang kamu. Aku juga minta izin buat nemuin bunda Jafas ke rumah," ucap Jean seraya membenarkan letak dasi sang suami.

Raka mengacak-acak rambut Jean hingga sedikit berantakan. "Hmm. Aku nitip salam aja ke bunda. Sampaikan salam permintaan maaf aku karena gak bisa kumpul bareng bunda sama yang lain."

Jean mengangguk. Mendekatkan wajahnya lalu memberi kecupan singkat di pipi Raka. "Ya sudah, ayo turun. Suami aku yang ganteng ini harus sarapan dulu. Aku mau panggil Aiden ke rumahnya ."

Jean meninggalkan kecupan di bibir Raka sebelum berlalu dari kamar. Membuat empunya bibir tak kuasa menahan senyuman.

...

"Bunda, adek mau bantu!"

Jean terkikik gemas. Menggeser badannya dan mempersilakan jagoan mungilnya membantu mempersiapkan untuk kegiatan nanti malam.

Aiden mendorong satu buah kursi dan dengan cepat berjuang menaikinya. Melihat itu, Jean berinisiatif mengangkat badan mungil Aiden, tetapi bocah itu menyela. Mengatakan supaya Jean tak menolongnya. Anak itu berusaha naik dengan caranya sendiri, meskipun sedikit kesusahan.

"Ayah nanti malam bakar-bakar juga kan, bunda?"

"Maaf sayang, ayah gak bisa ikutan. Ayah musti kerja. Jadi, nanti adek sama bunda kayak tahun lalu. Gak papa, 'kan?"

Aiden memanyunkan bibir. Memandang potongan ayam yang siap dijadikan sate itu dengan pandangan tersirat kekecewaan. Jean bisa apa. Dirinya hanya mampu terkekeh kecil.

"Jangan sedih, dong. Nanti malam kita bakar-bakar bareng Adena sama tante Prima dan tante Lia. Kalau perlu, nanti bunda undang kak Nanda. Atau enggak, kita undang satu komplek biar makin rame?"

Mendengar nama temannya disebut, anak itu lekas mendongak. Menatap Jean dengan pandangan berbinar. "Sama Adena?" tanyanya. Terdengar gembira. Jean tersenyum, kemudian menganggukkan kepala. "Yeaaay ... yeaaay ... horeeee!" Anak itu melompat-lompat bahagia seraya mengangkat kedua tangannya ke atas. Jean tertawa geli. Ingin rasanya mengacak-acak rambut Aiden. Namun, tangannya kotor sehabis memotong-potong daging ayam.

"Awas ih entar jatuh. Mendingan sekarang kita masak makan siang buat ayah, yuk? Kita temuin ayah di kantor."

"Oteey bunda!"

...

Tumis Brokoli Jamur dan Udang Tempura menjadi menu yang dapat Jean sajikan untuk makan siang Raka hari ini. Selepas memasukkan tempat makan ke dalam totebag, ia bergegas mandi seusai membereskan kekacauan dapur karena hasil percobaannya dalam mengolah udang tempura. Jean sempat gagal dua kali karena menyenggangkan diri mengurus persiapan nanti malam. Walhasil, udangnya gosong mengenaskan.

"Adek, ayo kita berangkat. Hampir masuk jam makan siang nih ayahmu."

Hening. Jean mengernyit dan mencari-cari eksistensi putra semata wayangnya yang sejak dirinya memasuki kamar mandi, sudah tidak ada wujudnya apalagi suara anak itu.

"Aiden, dimana kamu, nak?"

Tetap sama. Situasi senyap. Hanya terdengar gema suara kendaraan beroda dua yang melintas di depan rumahnya. Jean menghela napas. Ia mencangklong totebag di pundak kanannya. Kedua mata sipitnya mengedar ke sekitaran pekarangan rumah. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaan Aiden.

"Aiden!" panggil Jean sengaja meninggikan nada suaranya.

"Aiden di sini, bunda!"

Jean langsung berkacak pinggang begitu Aiden memunculkan diri diantara batas tembok dengan rumah pasangan Prima dan Lia. Anaknya itu bikin cemas. "Kamu bunda cari-cariin ternyata ada disana. Ayo kita pergi sekarang. Pamit dulu sama tante Lia dan Adena."

"Adek gak jadi pergi. Mau mainan aja sama Adena. Tante Lia bikin es krim, adek mau makan es krim banyak-banyak, hehe."

"Yakin gak jadi pergi, nih?" Aiden mengangguk mantap tatkala mendapat pertanyaan ragu dari Jean. "Yaudah, awas aja kalo nangis minta tante Lia anterin kamu ke kantornya ayah. Jangan repotin tante Lia."

"Siap kapten!"

Jean menggeleng-gelengkan kepala. Tak mau berlama-lama lagi, segera pergi dari pelataran rumah lantaran ojol langganannya telah menunggu. Ini sudah lewat beberapa menit dari jam istirahat makan siang, pasti Raka akan manyun karena dirinya telat datang dari biasanya.

...

Acara bakar-bakar diadakan di rumah Lia. Jean mengusung semua bahan dibantu oleh Nanda. Kini Prima, Lia, Nanda dan duo bocil termasuk dirinya sudah ada di pekarangan rumah. Nanda dan Prima mengurus tungku pemanggang. Sementara Jean dan Lia tengah sibuk menusukkan potongan daging ayam pada tusukan yang terbuat dari bambu.

"Apinya terlalu kebesaran. Ini mau bikin sate atau bakar rumah?" pekik Lia. Ia menghampiri Prima dan Nanda yang cemong karena arang mengotori pipi mereka. "Arangnya jangan dimasukin semua. Dikit-dikit dulu. Kalau gini bukannya mateng malah gosong duluan."

"Ya lagian kamu nyuruh aku yang bahkan gak pernah tahu kegunaan benda kayak gini. Mending pakai pemanggang listrik aja biar cepet mateng. Gak perlu repot-repot pakai arang segala."

"Justru sate enaknya dibuat manual, sayangku. Kalau pakai pemanggang listrik, jadinya barbeque, bukan sate. Udah jangan banyak protes, kamu jaga aja Adena sama Aiden. Biar sisanya aku sama Jean yang atur."

"Enggak dulu, deh. Aku bantuin aja."

Jean yang melihat adegan romansa didepannya itu hanya bisa tersenyum tipis. Ia lanjut fokus membuat sambal untuk sate sambil memikirkan Raka. "Hahh ...." Helaan napas keluar dari mulut Jean. Ia jadi merindukan suaminya itu.

"Raka gak bisa ikut?" tanya Nanda waktu menyadari Jean murung. Ia menghampiri si manis dan berdiri disampingnya untuk bertanya, walaupun Nanda sendiri sudah tahu jika Raka tidak ada, berarti sedang di kantor.

Jean melirik sepintas ke arah Nanda. Setelahnya, kembali menghela napas. "Hm, begitulah."

"Jangan sedih. Gak ada Raka, kan ada aku yang nemenin, hehe."

Pria manis itu tertawa kecil. Candaan Nanda memang terkadang telah melampaui batas, itu sebabnya Raka menjadikan Nanda sebagai musuh bebuyutan.

"Kalau kangen mending samperin gih. Aiden sama aku, tenang aja," bisik Nanda disertai alis yang naik-turun.

"Aku gak mau ganggu Raka. Dia lembur, pasti lagi sibuk banget. Mending jangan bahas beginian deh. Lebih baik ayo kita mulai nyate." Jean membawa baskon berukuran sedang yang terisi penuh dengan sate yang siap diolah. Menaruhnya di atas meja dekat tungku pemanggang.

"Kalian berdua jaga sate, aku bakal bikin wedang jahe," ucap Jean sambil menunjuk Nanda dan Prima. Ia berbalik, kembali ke tempatnya guna mengeksekusi kemasan wedang jahe yang akan menjadi peneman sate.

 Ia berbalik, kembali ke tempatnya guna mengeksekusi kemasan wedang jahe yang akan menjadi peneman sate

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy New Year's buat yang merayakan😀
Kita telah berada diakhir tahun. Semoga banyak perubahan dalam diri kita dari sebelumnya untuk menjadi lebih baik lagi!

Sabtu, 31 Desember 2022, 22:18 PM

Prayogo FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang