19. Beneran Diculik?

567 106 7
                                    

Raka sampai di rumah langsung berlari pergi guna menemui Jean yang saat ini berada di lapangan bermain. Saking diselimuti perasaan panik, tak sempat untuk sekedar berganti pakaian.

Setibanya di tempat tujuan, berbarengan dengan napas yang terengah-engah, Raka mencari keberadaan sang istri diantara beberapa para warga komplek. Ia lekas menghampiri begitu telah berhasil menemukan Jean.

"Sayang," panggil Raka. Merasa dipanggil, Jean akhirnya berbalik. Menemukan presensi sang suami yang memandangnya dengan tatapan cemas. Jean langsung berhambur ke dalam pelukan Raka. Menumpahkan seluruh tangisnya di dalam rengkuhan hangat sang suami, sampai membuatnya sesenggukan.

"Tenanglah, sayang. Coba kamu jelasin, sejak kapan Aiden hilang?"

Jean menatap kedua mata Raka. "S-sejak tadi siang. Maafin aku. Aku ceroboh banget sampai ngebiarin Aiden lepas dari pandangan. Aku mohon, bantuin cari Aiden sama anak-anak lain. Kita udah nyari ke seluruh komplek, bahkan sampai luar komplek, tapi tetep gak ada mereka semua. Aku takut banget, mas. Aku bingung musti gimana," tuturnya tersendu-sendu.

Raka membawa kedua telapak tangannya menangkup pipi Jean. Ibu jarinya menghapus linangan air mata yang terus keluar dari mata cantik sang istri.

"Apa gak sebaiknya kita laporkan ini ke pihak berwajib aja, pak RT? Kalau menunggu lebih lama lagi, saya rasa ini sudah cukup. Dari tadi siang sampai hari sudah mau maghrib, tetapi anak-anak belum ditemukan," usul Raka seraya mengusap-usap punggung Jean.

Pak RT membuang napasnya lelah. "Memang dari tadi saya dan yang lain ada niatan begitu. Tapi nak Raka tahu sendiri, kalau laporan belum sampai 24 jam, kepolisian gak akan mengolah laporan kita sampai tuntas."

Raka terdiam. Ia melupakan satu hal itu. Namun, apa iya harus berdiam diri menunggu waktu hingga 24 jam agar bisa melapor? Tidak mungkin. Raka melepas pelukan Jean. Memandang wajah yang selalunya ceria itu kini menjadi murung.

"Kita coba cari sekali lagi."

Bersama-sama semuanya kembali berpencar. Tiap-tiap gang, perumahan, hingga luar komplek mereka periksa. Berteriak memanggil nama sang buah hati masing-masing yang entah saat ini berada di mana.

Hal itu memakan waktu hingga berjam-jam. Warna jingga di langit bila dihitung menit lambat laun semakin memudarkan warna cantiknya. Menggantinya dengan warna gelap yang menandakan pergantian hari dari sore ke malam.

Adzan-adzan mulai berkumandang. Melantunkan panggilan untuk seluruh umat Islam supaya lekas menunaikan ibadahnya ke masjid ataupun mushola. Namun, kabar buruknya, para orang tua belum menemukan anak-anak mereka.

"Bapak-bapak, ibu-ibu, serta para pemuda pemudi yang turut serta membantu mencari anak-anak komplek, pencarian apa gak sebaiknya kita hentikan dulu? Kita sudah mencari sejak sore, tanpa istirahat untuk sekedar makan dan minum. Lebih baik kita lanjutkan besok," usul pak RT.

"Gak bisa, Pak. Anak-anak kami sedang dalam bahaya. Jika kita menunda pencarian, bagaimana jika saat ini nyawa anak-anak kita sudah tak terselamatkan?" protes seorang wanita berdaster cokelat.

"Bener, tuh, Pak!"

Pak RT mengusap wajahnya gusar. Beliau beralih menatap Raka berniat meminta pertolongan supaya memberi pengertian pada orang tua yang merasa kehilangan anak-anak mereka. Namun, Raka menggeleng. Dari raut wajahnya seolah mengatakan, ia tidak bisa membantah.

Pak RT menghela napas. "Baik-baik, kita lanjutkan pencarian. Tapi saya harus ke masjid dulu. Nanti saya nyusul."

Setelah mendapat anggukan setuju dari warganya, pak RT mulai berjalan meninggalkan tempat guna pergi ke masjid. Sementara Raka dan lainnya kembali mencari anak-anak.

Pak RT kini telah sampai di masjid. Beliau melepas sandalnya dan menaiki anakan tangga. Melangkah menuju tempat wudhu bersiap menyucikan diri dari kotoran agar dapat shalat. Selepas berwudhu, pak RT berjalan masuk. Begitu tiba di depan pintu, kedua alat penglihatannya sukses dibuat melotot kaget menyaksikan pemandangan di depannya yang membuat pria setengah baya tersebut kesal setengah mampus.

"Warga-wargaku semua, anak-anak kalian kagak diculik, tapi ngumpet ini di masjid!"

Raka dan Jean saling bersitatap begitu suara speaker dari masjid berkumandang. Tanpa sepatah kata, mereka berdua, bersama warga komplek lainnya langsung bergegas ke masjid. Jadi, pencarian yang memakan waktu selama berjam-jam ini menjadi sia-sia karena kenyataannya anak-anak tidak diculik?!

Prayogo FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang