18. Diculik?

677 101 3
                                    

Waw, hampir berapa lama saya menghilang:D
Maap ya. Btw baca sampe bawah oke. Ada pengumuman singkat😊

•••

"Sejumlah kasus penculikan anak yang marak terjadi belakangan ini, menjadi teror bagi masyarakat ...." Jean menggantung ucapannya. Terdiam lama selepas membaca berita yang tak sengaja muncul di laman internet miliknya.

"Viral! Selasa, 2023. Seorang bocah berusia tujuh tahun menjadi korban penculikan. Diduga pelaku awalnya meminta pada korban untuk membantunya membersihkan rumah dan akan diberi uang lima puluh ribu sebagai imbalan. Namun, hampir enam jam sejak bocah itu ikut dengan pelaku, tak mendapati tanda-tanda kepulangan bocah tersebut. Pihak keluarga melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib. Para petugas mulai memeriksa dari beberapa rekaman CCTV yang terpasang di sekitar area jalanan, menemukan bahwa pelaku bersama korban yang sudah tak sadarkan diri."

Jean terbungkamkan. Berita mengenai maraknya kasus penculikan, menjadi mimpi buruk bagi kalangan para orang tua yang memiliki anak masih kecil dan belum mengerti apa-apa. Jean tak bisa membayangkan sewaktu-waktu korban selanjutnya adalah Aiden. Putra imutnya yang kelewat polos, tidak bisa membedakan orang baik yang benar-benar tulus atau orang yang hanya ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Maka dari itu, Jean tak ingin menunggu mimpi buruk itu menjadi kenyataan. Jean langsung saja bergegas, berinisiatif mencari Aiden yang tadi pamit pergi ingin bermain bersama Adena dan anak-anak komplek lainnya. Suaminya sibuk mengurus kantor. Jadi, tanggung jawab ini akan jatuh ke tangan Jean selaku seseorang yang tidak memiliki kegiatan penting seperti Raka.

Dimulai mencari Aiden ke rumah Prima dan Lia. Namun, Lia mengatakan para bocah-bocah itu pergi ke lapangan guna bermain layang-layang, saat salah satu anak menyangkutkan layangan tersebut ke kabel listrik. Akibatnya bisa fatal jika ditarik seenaknya. Untuk itulah Lia menyarankan supaya mereka pergi ke lapangan yang memang tempatnya lebih terbuka dan sesuai digunakan bermain layangan.

Jean pun berputar arah. Menuju lapangan mencari Aiden dan kawan-kawan. Tak lupa mengajak Lia selepas menjelaskan berita mengenai penculikan anak yang sedang terjadi.

"Komplek kita kan aman, Je. Dijaga sama satpam pula, gak mungkin kalau sampai kebobolan ada penculik."

"Tapi apa salahnya mencegah lebih awal. Kita kan gak tau apa yang akan terjadi nanti. Mungkin aja para penculik udah berkeliaran di sekitar komplek kita, terus kitanya gak menyadari kalau ada salah satu anak yang jadi korban. Gimana kalau itu anak kamu?"

Lia melotot sengit ke arah Jean. "Kamu doain anak aku biar diculik gitu?!" tanyanya bersungut-sungut.

Jean berhenti melangkah. Berbalik badan melihat Lia yang memandangnya garang. "Bukan begitu. Aku cuma bilang apa yang aku katakan sebagai perumpamaan. Cuma contoh. Gak bermaksud mendoakan atau pengen bener-bener Adena diculik. Aku cuma memberi tahu supaya kita sebagai orang tua bisa lebih berhati-hati mengawasi anak."

Lia tak merespons. Membuat Jean meringis kecil. Duh ... salah bicara, ya?

Mereka kemudian lanjut jalan. Saling berdiam-diaman, sampai tiba di lapangan. Namun, alih-alih mendapati anak-anak mereka, lapangan justru kosong melompong. Tak ada presensi anak-anak komplek yang kata Lia sedang bermain layang-layang di sini.

"Mana, Li? Kata kamu mereka mainan di lapangan, kok ilang?"

"Yo ndak tahu, tadi aku bilang ke mereka buat mainan ke lapangan kok."

Jean mengusap wajahnya frustasi. Kemana sebenarnya Aiden dan kawan-kawan pergi? Bagaimana kalau mereka semua diculik? Begitu sekarang isi kepala Jean.

"Ayo, Li, kita cari lagi. Aku gak tenang banget. Udah mikir yang enggak-enggak ini!"

Prayogo FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang