24. That's The Realist Love You

150 23 15
                                    


Rapat selesai. Semua berjalan dengan tenang, rapat akan dilanjutkan lusa nanti. Sheena bahkan sudah menjadwalkan jam dan beberapa hal yang perlu mereka bawa. Seperti konsep mereka sendiri, ide mereka sendiri, atau yang lainnya.

Satu persatu dari mereka keluar, Sheena pun segera membereskan berkas-berkas yang dia bawa juga benda-benda lainnya.

Saat hendak membuka pintu, pintu itu terdorong kencang menimbulkan suara membuat pintu itu tertutup rapat kembali.

"Seungcheol!" Sheena berseru marah. Matanya terkejut sekali. Jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya.

"Apa-apaan kau ini?" Tanya Seungcheol dengan raut wajah yang tidak bersahabat.

Sheena menatap Seungcheol dengan bingung, "apa maksudmu? Kau yang apa-apaan, hah? Minggir, aku ingin keluar."

"Tidak."

"Jangan kekanakan. Minggir. Pekerjaan ku sedang menumpuk, jadi jangan bertingkah." Ujar Sheena sebal.

"Kau yang jangan bertingkah. Apa yang kau-"

"Apa?!"

Wajah Seungcheol sudah sedikit memerah, tangannya menarik tangan Sheena lalu membuat posisi mereka kini berhadapan dengan Sheena yang ia banting pada pintu dan Seungcheol yang mengunci tubuh Sheena dengan mengukungnya.

"Akhh", Sheena mengaduh saat Seungcheol membanting tubuhnya dengan sekejap seperti itu.

Sheena menatap Seungcheol saat mereka berhadapan, matanya menatap langsung pada Seungcheol yang menatap Sheena dengan marah.

"Seungcheol, apa yang kau lakukan-"

"Pakai jaketku dan jangan sampai orang lain melihat tubuhmu, Sheena Park."

Seungcheol cepat-cepat membuka jaketnya dan memberikan nya pada Sheena, lalu ia menggeser tubuh Sheena sedikit kencang membuat Sheena bergeser tidak lagi di area pintu.

Baru saja ia menarik kenop pintunya, gerakannya terhenti oleh suara Sheena.

"Aku perlu alasan kenapa kau melakukan ini, Seungcheol."

Seungcheol terdiam sebentar, ia tidak langsung menjawab atau bahkan menoleh pada Sheena yang kini menatap wajah Seungcheol dari samping.

Lalu, tanpa aba-aba Seungcheol melanjutkan langkahnya, meninggalkan Sheena sendiri dengan kebingungan yang tiada henti. Pun tatapan yang terus menjurus pada jaket yang ada ditangannya.

"Kenapa? Kenapa kau lakukan ini setelah hal-hal yang sebelumnya terjadi, Seungcheol?"

.

.

.

"Oh, Haegi, apa kabar? Kenapa tidak memberitahu akan kemari?"

"Hanya ingin berbincang sebentar, kau bisa Sohyuk?"

Sohyuk mengangguk, ia menutup berkas yang sedang ia tinjau, "tentu saja, duduklah. Ingin kopi atau wine?"

"Teh."

"Hey!"

Haegi hanya terkekeh, "aku sedang tidak ingin mabuk, dan sedari pagi sudah terlalu banyak kafein."

Ini mungkin akan jadi awal baru untuk hubungan mereka berdua. Ya, ini akan menjadi awal yang baik. Semoga saja.

"Tolong bawakan dua teh ke ruangan ku. Teh seperti biasanya." Setelah berbicara dengan telepon ruangan nya ia menghampiri Haegi yang sudah terduduk di sofa ruangan kerjanya.

"Ruangan mu bagus sekali."

Sohyuk tertawa, "jangan bercanda, kau bahkan bisa membuat ruangan yang lebih bagus dari ini."

The New BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang