Esoknya Sheena bangun dengan tergesa-gesa dikediaman sang Ayah. Ia menuruni tangga dengan cepat mengabaikan wajah khas bangun tidurnya dan kakinya yang tidak memakai alas.
Ia bergegas pergi kekamar Ayahnya sebelum mendengar suara ricuh dari ruang makan yang terhubung dengan ruang tv. Dengan cepat ia pergi kesana dan mendapatkan banyak orang disana.
Ayahnya, Pamannya, Bibinya, Kakak-kakaknya, Sohyuk, Jinhwan, Lucas, dan—hell, beberapa perempuan dan seorang anak kecil yang digendongan salah satu kakaknya.
Kakinya terhenti begitu saja sekitar radius dua meter. Jantung nya berpacu dengan cepat, hawa takut dan bahagia bercampur.
"Sheena? Sudah bangun, Sayang?"
Sohyuk tersenyum begitu melihat Sheena yang berdiri disana masih dalam balutan piyama biru tua nya.
"Oppa..."
Sohyuk tersenyum lagi, membuat Sheena ingin menangis saja sekarang, karena—oh astaga, dia pikir Sohyuk akan pergi atau datang dalam keadaan babak belur.
Tapi, nyatanya.. dia ada dihadapan Sheena dengan tubuh sehat dan segarnya, wajah tampan dan gagahnya, dan.. tidak ada luka sedikitpun ditubuhnya, hanya ada raut bahagia yang tidak pernah Sheena bayangkan.
"Sayang.. ada apa? Butuh sesuatu?" Ayahnya bertanya begitu melihat anaknya hanya diam berdiri ditempat dengan mata yang mulai memerah dan berkaca-kaca.
Sheena lantas menggeleng pelan, menundukkan kepalanya karena tiba-tiba saja air matanya tumpah begitu cepat.
"Sheena..."
Itu Hawoon.
Sheena semakin terisak ditempat nya, entah karena alasan apa, hanya saja ia ingin menangis. Bahagia melihat semuanya berkumpul bersama seperti tadi, tapi takut juga jika ini hanya halusinasi nya saja.
Sheena menghapus air matanya begitu mendengar langkah kaki yang mendekatinya, tak lama ia mendongak melihat sepasang sandal rumahan sudah berdiri dihadapannya.
"Oppa..."
"Sheena, aku rindu. Rindu sekali, boleh peluk?"
Sheena kembali menangis, terisak lebih kencang, dan mundur beberapa langkah.
Hawoon yang melihat itu kelabakan, "Sheena.. tidak-tidak. Ini aku, Hawoon. Aku nyata, Sheena. Aku betulan ada dihadapan mu dan ada dihidupmu, Sheena. Aku.. aku rindu adikku."
Sheena mendongak lagi, menatap Hawoon dengan mata basahnya, "Tapi, aku..."
"Aku disini, Sheena. Aku dihadapan mu, aku rindu sekali pada adik kecilku yang manis ini. Kau tidak rindu padaku?" Hawoon berujar pelan, menahan mati-matian air matanya yang siap melesak keluar.
"Rindu.. rindu Hawoon Oppa."
Hawoon tersenyum, "Maka, kemarilah. Peluk aku, dekap aku, dan cium aku. Aku juga rindu sekali, rindu banyak-banyak."
Sheena berhenti menangis, walau masih ada jejak-jejak sesegukan nya, ia lalu melangkahkan kakinya dengan yakin dan menubrukan tubuhnya pada Hawoon yang ditangkap dengan hangat oleh pelukan Hawoon.
"Astaga, adikku."
"I miss you, Hawoon."
Hawoon tergelak begitu Sheena memanggilnya tanpa embel-embel Oppa, tangannya mengusap kepala dan punggung kecil Sheena, sesekali ia mengecup pucuk kepala Sheena dengan bertubi-tubi.
"I miss you too, Baby."
.
.
"Good morning."
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Beginning
Fiksi Penggemar"Sana, dimana?" "Sana, sedang apa?" "Sana, kau baik?" "Sana, pulang jam berapa?" "Sana, pergi dengan siapa?" "Sana, jangan pergi." "Sana, maaf." "Sana, aku mencintaimu." Setelah memenjarakan diri sendiri dalam dunianya, kini wanita kecil itu sudah b...