01. Welcome

932 74 16
                                    

Teriakan orang-orang, blitz kamera, juga berpuluh-puluh bunga menyambut kedua orang itu setelah melangkahkan kakinya keluar dari gedung wajib militer.

Tangan nya melambai kearah kamera dan orang-orang yang berada disana, senyum menghiasi wajah keduanya, kalung bunga tersemat begitu saja dilehernya juga dua bucket bunga berada ditangannya.

Banyak sekali banner ucapan selamat pada mereka;

Selamat kembali, Seventeen 95'line!

Selamat karena telah menjalankan tugas negara, Seventeen 95'line!

Seungcheol Oppa, Congratulations!

Jeonghan Oppa, Congratulations!

Dan masih banyak lagi...

Mereka tersenyum dengan penuh rasa terimakasih juga bersyukur atas apa yang sudah mereka lalui, fans nya tetap mendukung mereka sebanyak ini. Penggemar nya sangat luar biasa.

Setelah sesi menyapa mereka, mereka diarahkan untuk masuk ke mobil untuk pergi ke rumah masing-masing oleh Manager.

"Seungcheol, kau akan langsung pulang?" Jeonghan bertanya saat mereka duduk didalam mobil.

Seungcheol menggeleng seraya membalas pesan Ibunya. "Aku sudah bilang pada keluargaku untuk tinggal di Seoul dulu hingga akhir pekan, baru akan kembali ke Daegu."

Jeonghan mengangguk mengerti.

"Kau bagaimana?" Tanya Seungcheol.

"Aku juga, Ibuku akan ke Seoul lusa, jadi aku tidak akan pulang."

"Geure. Kita ke asrama berarti?"

Jeonghan mengangguk, "Ya,"

"Kalian bisa istirahat selagi menuju asrama," ujar Manager dengan melirik sekilas pada mereka lewat kaca spion tengahnya.

Mereka berdua mengangguk, mengambil waktu masing-masing. Jeonghan dengan ketenangan dalam tidurnya, dan Seungcheol dengan hening nya yang semakin dalam.

"Kita sampai," mobil berhenti dengan suara Manager mengalun pelan, Seungcheol menoleh sekilas kearah luar sebelum mengambil barang-barang nya dan turun—begitupun dengan Jeonghan.

"Ah, rindu sekali. Padahal baru tiga bulan lalu aku kemari." Ujar Jeonghan dengan melakukan peregangan otot tangannya.

Seungcheol hanya menggelengkan kepalanya, "Kau rindu menjahili adik-adik mu saja, idiot."

Jeonghan tertawa, "Itu bisa dibilang menjadi alasan salah satu nya, tapi betulan hari ini aku rindu mereka."

"Ya, ya, ya. Terserah mu saja, ayo masuk." Balasnya dengan melangkahkan kakinya masuk pada rumah besar yang biasa disebut asrama.

Asrama mereka sekarang telah pindah tempat ke tempat yang lebih besar. Lebih nyaman dan tentu saja lebih mewah dan mahal.

Kerja keras mereka semua terbayar dengan itu, dan bagi mereka—itu cukup, bahkan lebih.

The New BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang