14. Who Are Fate?

170 26 7
                                    

BACA SAMPE BERES YAA! THANK U BABIES!!!♥️
.
.
.

Malam kali ini langit dihiasi oleh bulan dan bintang. Membuat mereka terang benderang. Ditambah dengan angin malam yang menenangkan, begitu sempurna untuk sekedar bersantai di balkon rumah.

Tapi, tidak dengan satu laki-laki ini yang sejak tadi berdiri dengan satu tangan masuk kedalam saku celana training nya dan satu lagi memegang mug berwarna hitam yang berisi kopi hitam yang pekat.

Berdiri diteras balkon kamarnya, ia terus memandangi langit dan sesekali menebar pandangan nya kepenjuru kota yang bisa ia lihat.

"Seungcheol?"

"Eoh, Jeonghan. Wae?"

Jeonghan bersandar pada pintu geser yang berlapis kaca itu dengan tangan berlipat didepan dada dan mata yang memperhatikan Seungcheol dengan seksama.

"Kenapa tidak masuk? Yang lain sedang berkumpul."

Seungcheol tak langsung menjawab, ia menyenderkan pinggangnya pada pinggiran balkon, menatap sandal rumahnya sekilas sebelum menatap wajah Jeonghan kembali,

"Ingin menghabiskan kopi dahulu," ujarnya dengan mengangkat mug yang dipegangnya sedikit tinggi,

Jeonghan mendengus, tak percaya dengan kata-kata satu teman line nya ini.

"Bagaimana?"

"Apanya?" Tanyanya berbalik dengan kalem.

"Kau dan Sana." Ujar Jeonghan sedikit tak enak, lalu membenarkan posisi dirinya.

Seungcheol menghembuskan nafasnya sebentar, "Begitulah," jawabnya pelan dan menyesap kopi nya kembali.

"Lebih rinci," Jeonghan berujar dengan malas,

"Kau tahu maksudku, Jeonghan." Ujar Seungcheol dengan lelah, ia menaruh cangkirnya dipembatas balkon dan menyelipkan tangannya di saku celananya yang satu lagi.

"Aku sedang dalam keadaan tidak mood untuk membicarakan hal seperti ini." Lanjutnya.

Dahi Jeonghan berkerut, "Seperti ini?" Tanyanya mengulang dua kata kalimat terakhir Seungcheol. "Ya, sudah kubilang, pikirkan baik-baik. Jika kau tidak suka seharusnya kau bilang sedari awal dan—"

"Dan membiarkan temanku hancur?" Seungcheol menatap Jeonghan dengan mata sedikit berkilat marah, "Dengar, aku bisa mengatasi jika aku yang hancur. Tapi tidak dengan temanku, keluargaku, juga SEVENTEEN."

Seungcheol mengambil langkah untuk masuk, melupakan cangkir kopinya yang masih ada setengah dan melewati Jeonghan begitu saja sebelum ia berhenti saat tangannya ingin membuka kenop pintu kamarnya, Jeonghan menghentikannya dengan sebuah kalimat yang membuat Seungcheol tidak tidur malam itu.

"Park Sana kembali, dia benar-benar kembali sekarang. Dia berdamai dengan dirinya sendiri, dengan lukanya, dan dengan semua orang yang menyakitinya. Dia kembali Seungcheol, dan—"

Jeonghan membalikkan badannya dan menghadap Seungcheol yang memperlihatkan punggung berlapis kaos putih saja.

Ia menghela nafasnya sebelum kembali bersuara, membuat Seungcheol benar-benar ingin sekali menghajar Jeonghan saat itu juga.

"Dia akan bekerjasama dengan kita. Kau akan bertemu dengannya saat rapat bersama pacarmu nanti."

Seungcheol mendesah pelan, ia lalu merilekskan raut wajahnya sebelum berbalik badan menatap Jeonghan disana.

"Lantas, apa peduliku?"

"Kau peduli."

"Tidak!" Seungcheol menyanggah, "Aku tidak peduli. Sekalipun ia kabur kembali—"

The New BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang