09. Hi, Dad

442 42 13
                                    

Dunia memang tak seluas itu untuk kabur dan mencari tempat sembunyi teraman. Langit tak setebal itu untuk menghalau cuaca yang turun ke bumi. Juga, tanah yang tak sekokoh itu untuk menahan segala beban yang ada.

Semua tidak selalu sempurna, tapi.. semua sudah dikadar dalam kadaran yang pas. Ditata serapi mungkin. Hingga membuat kita tak sadar bahwa pasti ada cela.

Meski begitu, kita pasti selalu berasumsi bahwa wow, betapa sempurnanya ini. Tanpa diketahui bahwa ada beberapa cela yang tidak kita sadari.

Begitupun dengan mereka. Park's Family.

Kesempurnaan keluarga itu sudah diakui oleh banyak orang. Fisik, kecerdasan, keterampilan, juga harta dan tahta. Mereka memiliki itu semua.

Tapi, semua punya waktunya, dimana mereka hancur hingga melebur dan berkumpul seperti debur ombak yang besar. Saling menyimpan dendam satu sama lain, seperti membawa arus yang besar untuk saling menghancurkan.

Rumah besar yang sudah sunyi pun sepi itu untuk beberapa tahun kebelakang, akhirnya kembali ramai. Bukan dengan kehangatan, tapi dengan ketegangan masing-masing.

"Oke, kita luruskan selagi kita disini."

Lee Haegi, anak tertua ini membuka suaranya, begitu tegas dan lugas.

"Aku tidak bisa berlama-lama karena sudah ada jadwal makan malam dengan investor." Yoon Hawoon mencela dengan malas dan sesekali menatap jam tangan rolex keluaran terbarunya itu.

Lee Haejin tersenyum miring dengan dengusan pelan, "Pembual." Ujarnya berdecih.

"Mwo?" Hawoon menatap Haejin marah.

"Hyung..." Taeyoon memanggil rilih.

Haejin dan Hawoon masih saling bersitegang dengan mata berkilat marah.

"Jika tidak ingin ikut pembicaraan ini, keluar." Mereka semua menatap Bumzu yang masih menunduk. "Sekarang!" Lanjutnya dengan menatap adik-adiknya secara bergantian.

Mereka berdua memalingkan wajahnya begitu ditatap Bumzu begitu,

"Annaga?" ( Tidak keluar? )

"Mian." Haejin berujar kecil dengan nada penuh sesal.

"Yoon Hawoon." Wonho berdehem,

Hawoon menghela nafasnya, ia mengambil ponsel yang ada didalam saku jas mahalnya dan menelpon sekretaris nya. "Jadwal ulang meeting malam ini bersama Mrs. Kylie. Aku ada urusan."

"Sudah." Ujarnya ketus saat sudah menaruh ponselnya kembali.

"Kalau begitu, aku akan beritahu alasan kenapa kita disini." Ujar Wonho, "Ah, apa kau saja yang ingin menyampaikan nya, Hae?"

Haegi menggeleng, "Kau saja, lanjutkan."

Wonho mengangguk, "Kita akan membahas soal pembongkaran rumah ini."

"Apa-apaan?" Doyoon menampik tak suka saat mendengar sepenggal kalimat Wonho.

"Apa maksudnya dari ucapanmu, Won?" Tanya Iljoon.

"Kita akan memperluasnya lagi sebelum..." Wonho berhenti.

"Sebelum apa?" Tanya Taeyoon.

"Sebelum kita menemukan Sana kembali." Haegi meneruskan kalimat yang sempat terhenti.

Hening.

Semuanya menutup mulut mereka, dan bergelut dengan pikiran mereka masing-masing. Banyak hal yang harus dipikirkan oleh mereka, tapi salah satu yang paling mendominasi adalah dia; gadis kecil kesayangan nya, Park Sana.

The New BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang