[24] Revenge

714 165 2
                                    

"Inget, kalo lo ngerasa ada yang janggal atau lo ngerasa di awasin, lo harus langsungㅡ"

"Kabarin lo. Iya, thanks, lo udah ngomong hal yang sama selama 4 jam perjalanan tadi." Suara rendah Felix memotong perkataan laki-laki yang lebih tua darinya.

Taeyong, lawan bicara Felix itu hanya bisa mendecih. Anak muda jaman sekarang cukup membuatnya kewalahan.

Jangan salahkan Felix, kakak Lee Jeno yang satu itu memang sangat cerewet. Dia terus mengatakan hal yang sama terus-menerus selama mengantar Felix pulang tadi. Uh, apa laki-laki bisa cerewet seperti ini?

"Oke, hati-hati pokoknya. Lo juga bisa lapor polisi kalo misalkan gue susah dihubungin." Sambung Taeyong.

Felix mengangguk malas, "Hm." Gumamnya sebagai jawaban. "Gue sekarang udah boleh masuk ke rumah, 'kan?" Tanya Felix meminta persetujuanㅡwalaupun sebenarnya itu tidak perlu, toh ini rumah Felix sendiri!

Walaupun begitu, ini merupakan manner Felix pada Taeyong. Walau bagaimanapun dia telah jauh-jauh mengantar Felix pulang, setidaknya dia harus menunjukan sedikit rasa terima kasih.Taeyong mengangguk sebagai balasan, "Lo yakin gak mau gue anter sampe ke dalam rumah?" Tanya Taeyong.

Felix merotasikan kedua bola matanya malas, "Gue bukan umur lima tahun. Tapi makasih udah nawarin." Katanya.

Kebiasaan. Taeyong kadang bisa terlalu over care.

Jujur, Taeyong sendiri memang agak parno. pasalnya rumah Felix terlihat sangat sepi dan dia ingat dengan perkataan teman-teman adiknya untuk berhati-hati. Bagaimana jika...lupakan.

"Gue masuk. Titip salam sama temen-temen Jeno yang gak guna itu. makasih udah curiga sama gue even gue adalah orang yang bantu selamatin mereka yang diculik."

Wow. Sarkas.

Felix dapat melihat jika Taeyong sudah siap untuk menyangkalnya. Tapi, Felix sedang tidak ingin mendengar itu. Tidak peduli jika mereka melakukan ini agar menjauhkan Felix dari bahaya atau apa, karena yang dia tahu sekarang dia hanya dibuang dan dicurigai hanya karena perkataan hantu? Tidak dapat dipercaya.

"Hati-hati di jalan." Ucap Felix final dan melenggang masuk ke dalam rumahnya.

Felix agak heran ketika mendapati pintu rumahnya tidak terkunci. Setelah itu dia membelalak ketika melihat tanggal. Celaka! Orang tua Felix seharusnya sudah pulang sejak kemarin dan jika mendapati Felix tidak di rumah, mereka akan menelepon sekolah dan seperti yang kalian tahu jika dia sedang pura-pura izin ke Jepang.

Segera Felix masuk ke rumah. Dia hanya berharap semoga saja orang tuanya baru tiba pagi ini atau mereka belum sempat menelepon sekolah.

Saat masuk ke dalam rumah, lebih tepatnya di ruang tamu, Felix dapat melihat 2 koper besar tergeletak begitu saja di lantai. Belum merasa aneh, dia segera berlari menuju kamar orang tuanya bermaksud mencari ayah dan ibunya.

Pintu kamar tidak tertutup rapat dan jujur Felix agak merasa aneh sekarang. Orang tuanya tidak pernah meninggalkan kamar atau ruangan apapun tanpa menutup pintu dengan rapat. Percayalah, selama dia menjadi anak dari orang tuanya yang sangat disiplin itu, Felix tidak pernah sekalipun mendapati pintu di rumahnya tidak tertutup rapat.

"Gue tahu lo di luar Felix."

Terdengar sebuah suara laki-laki dari dalam kamar orang tuanya. Dan yang jelas, itu bukan suara ayahnya.

Felix masih enggan untuk masuk, dia hanya berdiri di ambang pintu, "Mau lo apa?" Tanyanya.

"Kenapa lo bantuin Renjun? Sejak kapan kalian temenan?" Suara itu terdengar balik bertanya.

[0.2] BAD DREAM | NCT DREAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang