Renjun menyusuri koridor sekolah dengan terburu-buru. Hari ini dia telat bangun karena Haechan dan Jeno mengajaknya bermain game sampai tengah malam. Alhasil sekarang dia hanya punya waktu sepuluh menit sebelum bel pelajaran pertama berbunyi.
Sebenarnya tidak ada masalah karena dia belum terlambat hanya saja masalahnya dia tidak mengerjakan pekerjaan rumah mata pelajaran Bahasa Korea dan sepuluh menit tidak akan cukup bahkan untuk menyalin pekerjaan milik orang lain.
"Lo tahu gak kalo angkatan sebelumnya selama beberapa bulan ternyata diajar sama guru hantu?"
Renjun memperlambat langkahya guna mendengar obrolan dua murid perempuan di depannya yang tengah bergosip.
"Guru hantu gimana?" tanya siswi yang lain.
"Lo tahu guru Bahasa Korea kita, Pak Park? Nah ternyata selama beberapa bulan tahun kemarin itu dia ngambil cuti buat liburan ke Jeju. Tapi ternyata ada hantu Pak Park yang tetep ngajar disini." Katanya dengan nada yang dibuat seakan dia merinding.
"Ih loh yang serius!" balas temannya lagi.
"Gue serius. Bahkan Pak Park sendiri bilang dia gak pergi ke sekolah tapi kok bisa ada dua Pak Park? Yang satu di Jeju yang satu di sekolah."
Renjun rasanya ingin bilang, "Iya, selama ini Park yang di sekolah ternyata mau bunuh gue jadi dia lebih bahaya daripada hantu."
Renjun sendiri tidak habis pikir bagaimana bisa Pak Park yang merupakan kakak dari Park Renjun ternyata selama ini bersekongkol dengan penerror adiknya. Walaupun itu tidak dirasakan Huang Renjun, tapi sepertinya dia tahu bagaimana rasanya dikhianti kakak sendiri.
Tapi sekarang semuanya telah berlalu. Ada hal yang lebih penting bagi Renjun sekarang daripada itu—selain menyalin PR Bahasa Korea—yaitu lulus tahun ini.
Memang harusnya Renjun lulus tahun lalu tapi apa yang dia harapkan? Hampir satu bulan dia dan teman-temannya bolos di semester sebelumnya. Tentu saja mereka tidak lulus dan harus mengulang kembali satu tahun.
Dan 'angkatan sebelumnya' di cerita dua perempuan tadi ya mengarah pada murid-murid angkatannya. Banyak sekali hal aneh yang terjadi tahun lalu di angkatanyya.
Minho dan Han ditemukan tak bernyawa. Mereka jelas-jelas dibunuh, hanya saja polisi tidak bisa menemukan identitas dari pembunuhnya karena sidik jari yang ditemukan tidak cocok dengan siapapun masyarakat Korea. Kasus itu ditutup beberapa bulan lalu.
Renjun ingin memberitahukan yang sebenarnya pada polisi tentang kematian Minho dan Han. Tapi bukankah sudah jelas hal tersebut tidak mungkin untuk dilakukan? Dia hanya bisa berharap Minho dan Han dari dunianya bisa tenang.
"Maaf, bisa tunjukin gue dimana ruang guru?" Tiba-tiba laki-laki dengan seragam sekolah lain menghentikan pergerakannya.
Bukannya menjawab justru Renjun hanya bisa mematung saat melihat wajah di depannya.
Siswa tersebut nampaknya juga bingung dengan reaksi Renjun, lalu dia teringat sesuatu. "Ah, gue murid baru, nama gue Jeongin, Yang Jeongin." Katanya sembari menyodorkan tangannya bermaksud berkenalan.
Dengan canggung Renjun menjabat tangan tersebut. "Renjun. Huang Renjun." Kata Renjun.
Jeongin mengangguk dan melepaskan jabatan tangan mereka, "Renjun, bisa lo tunjukin gue dimana ruang gurunya?" tanyanya lagi.
"Ruang guru ada tepat disana, lo tinggal pergi ke sudut itu." Renjun menunjukkan masih dengan suasana canggung dan aneh.
Bagaimanapun di depannya saat ini adalah Yang Jeongin, orang yang dulu sempat menjadi ketakutan Renjun. Walaupun ini tidak seperti si sosok murid berambut navy yang menghantui Renjun dulu, dia terlihat lebih ramah dengan surai hitam yang disisir rapi kesamping. Sudah jelas mereka orang yang berbeda.
Jeongin sepertinya kebingungan dengan respon Renjun yang masih menatapinya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Makasih kalo begitu. It's nice to see you, Renjun." Katanya sebelum berjalan pergi menjauh dari Renjun.
Mendengar hal tersebut rasanya membuat Renjun tiba-tiba tersadar.
"Jeongin!" Renjun memanggil.
Jeongin berbalik, "Ya?"
Renjun tersenyum, "Ayo kita temenan kedepannya."
Jeongin tersenyum, "Oke. Sampai jumpa lagi nanti, temen." Kata Jeongin.
Renjun mengangguk. Dia sadar jika ini adalah Jeongin dari dunianya dan jelas dia adalah orang yang berbeda dengan Jeongin yang hampir membunuhnya.
Semua hal sudah kembali pada tempat yang seharusnya.
DI TEMPAT LAIN
Matanya berkejap berkali-kali karena masih menyesuaikan diri dengan cahaya terang pada matanya. Samar-samar dia mendengar suara orang yang memanggil namanya.
"Jeongin...Jeongin...Jeongin!" Suara tersebut makin terdengar jelas. Asal suara tersebut berasal dari orang yang kini sudah berada di depan wajahnya.
Saat wajah tersebut sudah semakin jelas, Jeongin dengan sigap mengambil jarak.
Dia nampak kebingungan, "Lo kenapa sih?" tanyanya.
Jeongin, orang yang baru saja sadar itu tampak sedang memproses apa yang terjadi. Dia ingat jika dia didorong ke dalam portal dan yang dia pikir adalah dia harusnya kembali ke rumah tengah hutan di dunianya tapi kenapa dia berada di ruangan kelas alih-alih rumah tengah hutan? Dengan PARK JISUNG pula?
"Lo mau apa?" tanya Jeongin galak.
Jisung tampak kebingungan. "Mau ngajak lo ke kantin? Lo bilang kita harus buru-buru hari ini karena mereka cuma nyetok susu stroberi dikit."
Kenapa pula dia harus membahas susu stroberi dengan Park Jisung? Musuhnya? Dia tidak pernah membahas susu stroberi dengan dia kecuali pada hari saat dimana dia berpura-pura menjadi teman Renjun.
Tunggu, itu dia!
Atensi Jeongin kemudian beralih pada papan tulis di depan yang menuiskan tanggal belajar hari ini. Tanggal ini...ini adalah hari dimana Jeongin harusnya memanipulasi kematiannya dengan terjun dari atap sekolah.
Tunggu dulu, apakah ini artinya portal waktu itu mengirim dia ke masa lalu? Sebelum dia menjalankan rencananya?
Jeongin tertawa terbahak-bahak. Apa-apaan ini? Apakah mereka baru saja mengirim Jeongin untuk menyelesaikan dendamnya? Ini sangat menyenangkan. Dia sekarang mempunyai banyak waktu untuk kembali mengatur strategi, selain itu, dia sudah tahu rencana PARK RENJUN untuk mengalahkannya.
Sepertinya Jeongin melupakan Jisung yang masih ada disana, menatapnya dengan aneh. "Lo jangan aneh-aneh deh, ayo, kak Renjun nungguin." Katanya.
Jeongin berhenti tertawa, "Park Renjun?" Dia meyakinkankan.
Jisung mengangguk "Emang ada Renjun yang lain?"
Jeongin menggeleng, "Gak kok, cuma ada satu Renjun." Katanya. "Oh, Jisung, maaf tapi bisa gak gue nitip susu stroberi. Gue mau ke toilet dulu, nanti gue susul." Sambungnya.
Tanpa menunggu jawaban Jisung, Jeongin berjalan keluar untuk melancarkan aksinya. Bunuh diri, lagi.
Dia tidak tahu jika Mark salah membuat portal atau bagaimana yang jelas ini sangat menguntungkan dirinya. Terima kasih, tim Huang Renjun. Berkat kalian Jeongin mempunyai waktu untuk memperbaiki kesalahannya dalam menyusun rencana waktu itu.
Sepertinya lingkaran mimpi buruk ini tidak akan pernah berakhir.
BAD DREAM 2
-THE END-Aaaaaa finally we're in the end of BAD DREAM journey! Terima kasih sudah menjadi bagian dari petualangan BAD DREAM💙 terima kasih juga karena sudah menjadi semangat dan alasan aku untuk terus lanjutin cerita ini sampe punya dua season! YOU GUYS ARE THE BESTTT💌💋
Sampai jumpa di petualangan-petualangan lain! Aku harap kalian bisa menjadi 'partnerku' lagi di cerita-cerita selanjutnya✨ see you when I see you, guys! Xoxo💋
KAMU SEDANG MEMBACA
[0.2] BAD DREAM | NCT DREAM ✓
أدب الهواةAt the end, he's never wake up from his nightmare. ©elsanursyafira, 2021