[Mengingatkan kembali; cerita ini adalah fiksi yang murni datang dari pemikiran absurd saya, jadi sangat kecil kemungkinannya 'hal-hal' pada cerita ini ada atau terjadi di kehidupan nyata.]
✨Selamat membaca✨
••••
Renjun menatapi dirinya di cermin. Di lehernya terpampang jelas luka sepanjang 12cm yang cukup dalam, beruntung tidak sampai memotong urat.
Dia menghela nafas panjang, waktu baru menunjukan pukul 3 dini hari dan dia baru saja tidur selama 3 jam karena pegal linu gara-gara pelajaran olahraga sebelumnya. Dan sekarang apa? Saat bangun tiba-tiba lehernya dihiasi dengan guratan darah yang cukup panjang ini.
Sebenarnya hal ini tidak bisa disebut tiba-tiba, dia tahu persis bagaimana bisa mendapatkan luka ini. Tentu saja sosok berhoodie di mimpinya, beberapa saat lalu Renjun memimpikan dia lagi.
Di mimpinya dia menyayat leher Renjun hingga urat-uratnya terputus, bahkan rasa perih dan bau anyir darahnya masih bisa dia ingat jelas. Dan saat dia bangun, lehernya kembali terluka seperti sebelumnya. Walaupun tidak separah pada mimpinya tetap saja, bukankah ini terlalu nyata jika disebut mimpi biasa?
Maksudnya apa disini hanya Renjun yang dilukai mimpinya sendiri? Oleh alam bawahnya sendiri?! Bukankah ini tidak masuk akal?! Lagipula sosok berhoodie itu siapa, sih?!
Oke, mari kita berusaha berpikir jernih terlebih dahulu. Saat ini, tidak mungkin Renjun akan pergi sekolah dengan memamerkan luka pada lehernya, karena itu sebaiknya dia menutupi luka panjang ini dengan beberapa plester.
Renjun melirik seseorang yang tengah hibernasi diatas ranjang yang terletak persis di sebelah ranjangnya. Terlihat Donghyuck masih terlelap dengan lampu tidur yang menyala, kebiasaan.
Oke, tidak mungkin membangunkan Donghyuck hanya untuk menanyakan dimana alat P3K, lagipula Renjun terlalu gengsi untuk meminta bantuan pada penghuni rumah.
Dia selalu sendirian dan tiba-tiba saat dirinya susah, Renjun menginginkan bantuan? Hell, apa yang akan mereka ghibahkan tentang Renjun nanti?
Akhirnya Renjun memutuskan untuk turun ke lantai dasar, mencari sesuatu yang bisa menutupi lukanya. Alat P3K tidak mungkin sesusah itu dicari, kan?
Renjun mulai menuruni anak tangga satu-persatu. Suara jam dinding dan air yang menetes di wastafel adalah satu-satunya hal yang bisa dia dengar, bahkan dia enggan untuk sekedar menyalakan lampu, takut jika penghuni rumah akan bangun dan menanyai ini itu tentang lukanya. Alhasil dia menggunakan senter dari ponsel sebagai alat bantu penerangannya saat ini.
Renjun mulai membuka laci di samping TV, tempat yang paling strategis untuk menyimpan P3K. Tapi nihil, hanya ada beberapa majalah dan novel di sana.
Otaknya kembali berputar, ayo kita pikirkan lagi dimana letak yang strategis untuk menyimpan alat P3K.
Atensi Renjun teralihkan pada suara air yang menetes di wastafel dapur. Bukankah dapur juga termasuk tempat yang memungkinkan untuk menyimpan P3K?
Renjun menelan salivanya kasar, melihat ke arah dapur yang gelap dan suara air yang menetes itu sukses membuat nyalinya ciut. Ayolah, Renjun tidak seberani itu, dia juga takut pada hal semacam hantu!
"Oke, sepertinya nutup luka pake syal bukan hal yang buruk. Ayo balik ke kamar, Huang Renjun." Gumam Renjun pada dirinya sendiri.
Masa bodoh dengan infeksi, dia benar-benar ketakutan saat ini.
Belum sempat dia melangkahkan kaki ke arah tangga, suara di belakangnya membuat rambut di lehernya berdiri.
"Siapa?" Tanya suara di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[0.2] BAD DREAM | NCT DREAM ✓
FanficAt the end, he's never wake up from his nightmare. ©elsanursyafira, 2021