"YA LO KIRA GUE MAIN-MAIN MASALAH GINIAN APA?" Renjun berdiri dan menggebrak meja.
Suara teriakan membuat beberapa pelanggan di cafe memandang arah meja merekaㅡRenjun, Mark dan Jisungㅡdengan tatapan risih. Tentu saja, ini tempat umum dan Renjun berteriak dengan sangat percaya dirinya.
Mark berusaha menenangkan Renjun dan menyuruhnya duduk kembali, apalagi sekarang tatapan membunuh telah dilemparkan pada mereka dari pelayan di belakang meja kasir. Bisa diusir mereka jika Renjun tidak tenang.
Seorang pelanggan perempuan menatap Jisung seakan-akan mengisyaratkan 'bikin mereka berdua diem atau gue penggal kepala lo semua', oke itu berlebihan. Jisung membalas menggunakan gerakan bibir 'saya gak kenal dia' sembari menunjuk Renjun.
Perempuan itu hanya merotasikan matanya malas dan kembali berkutat pada laptopnya. Jisung menghela nafas lega, setidaknya dia tidak dihadiahi tatapan tajam lagi.
Renjun akhirnya duduk kembali setelah menetralkan nafasnya yang menggebu-gebu sedari tadi. Dia memijat pelipisnya pusing, maksudnya hal yang baru saja terjadi pada dirinya 15 menit lalu sangat membuat otaknya kelelahan.
Hey apa kalian percaya bahwa Renjun berbicara dengan makhluk aneh yang menyerupai seorang laki-laki paruh baya yang Renjun yakini sebagai ayah kandungnya?! Iya! Mark dan Jisung juga tidak percaya.
"Gue serius kalo tadi itu gue ngobrol sama ayah!" Ujar Renjun masih agak berteriak, ya walaupun teriakan ini lebih halus dari pada sebelumnya.
Mark menghela nafasnya sebelum mulai menimpali, karena jika dia salah berbicara lagi, mungkin Renjun akan kalian tahu kanㅡmengamuk lagi.
"Oke anggaplah kalo gue sama Jisung percaya kalo lo lagi ngobrol samaㅡ" Perkataan Mark terhenti, dia menyadari ada hal yang aneh. "Tunggu dulu, lo bilang ayah, kan? Bukannya lo bilang lo gak punya ayah?"
Oh sialan, apa Renjun benar-benar menyebutkan ayah?! Oke dan sekarang sepertinya mereka akan menghabiskan lebih banyak waktu di cafe ini dan tentunya satu gelas cappuccino lagi mungkin ide yang baik.
••••
Donghyuck mengecek jam di dinding untuk kelima puluh kalinya sejak setengah jam yang lalu. Pintu masuk juga masih tidak terbuka dan belum ada tanda-tanda orang yang diaㅡmerekaㅡtunggu akan datang.
"Jen, lo yakin kak Taeyong kerjanya masih di daerah Seoul kan?" Tanyanya pada Jeno yang sedang sibuk pada ponselnya sedari tadi.
Jeno mengerutkan dahinya. "Yakin lah, lo kira dia kerja dimana lagi? Mars? Saturnus?"
"Ya terus kenapa dia belum dateng?! Dia udah telat setengah jam dari janji temu!" Donghyuck mendengus kesal pada akhirnya.
Jeno hanya memutar matanya malas, Donghyuck ini terlalu sering merengek. Apa benar kata kak Taeyong yang lain jika Jeno dan Donghyuck itu dulu bekerja sama? Maka bisa dipastikan jika Jeno yang lain adalah orang yang sabar karena bisa menghabiskan waktu dengan si cerewet Donghyuck.
"Tunggu aja, kak Taeyong biasanya tepat waktu. Kayaknya ada urusan yang bener-bener mendesak sampai dia gak on time gini." Balas Jeno santai.
"Kalo dia kenapa-kenapa gimana? Gimana kalo dia diculik?!" Teriak Donghyuck.
Jeno sangat geli mendengar perkataan Hyuck barusan. Apa katanya? Diculik? Hell, orang gila mana yang akan menculik pria dewasa berusia 25 tahun dengan sabuk hitam karate?! Ditambah wajahnya yang terlihat garang menurut orang asing itu semakin memperkuat dugaan jika Taeyong bukan tipikal orang culikable.
KAMU SEDANG MEMBACA
[0.2] BAD DREAM | NCT DREAM ✓
FanficAt the end, he's never wake up from his nightmare. ©elsanursyafira, 2021