Waktu menunjukkan pukul sepuluh lebih dua belas menit. Hari ini cuaca sedang hujan yang membuat malam ini terasa lebih sepi dari malam biasanya. Diluar hanya terdengar sura hujan tanpa banyak orang yang berlalu-lalang.
Atau sebenarnya yang membuat keadaan menjadi sepi bukan sepenuhnya akibat hujan tapi karena tempat yang mereka datangi berada jauh dari pemukiman warga.
Jeongin, dia sedang berdiri di tengah hujan tanpa perlindungan dari payung atau jas hujan. Tidak peduli dengan air hujan yang mulai membasahinya, dia tetap berdiri dengan tatapannya yang tertuju pada motor sport warna putih di depannya.
Tiba-tiba Han berlari menghampirinya dengan nafas yang masih terengah-engah.
"Mereka udah pergi, kan?" Ucap Jeongin datar.
Han mengangguk, "Jadi gimana sekarang?" tanyanya.
Jeongin masih tidak mengalihkan pandangannya. Banyak hal yang dia pikirkan saat ini.
"Kayaknya ini memang salah gue, harusnya dari awal kita bunuh Renjun tanpa banyak main trik kayak gini." Ucapnya.
"Kalo langsung bunuh gak akan ada serunya. Berarti dia cuma mati tanpa penyesalan kalo kayak gitu, pilihan kita udah tepat." Balas Han.
Tiba-tiba Han tersentak, "Renjun, dia mulai tidur." Katanya.
Setelah beberapa hari ini dia tidak mendapat sinyal Renjun tertidur, sekarang Han merasakannya kembali. Memang di antara para penjelajah mimpi, mereka bisa merasakan satu sama lain saat salah satunya berada dalam mimpi. Apalagi Han sudah menandai Renjun. Hal ini semakin membuat koneksi yang kuat diantara keduanya.
"Renjun udah mulai tidur, ayo, kita bisa tahu di mana lokasinya." Kata Han lagi.
"Belum tentu kita bakal menang kalaupun kita tahu lokasi mereka dimana." Kata Jeongin lagi.
Han mengernyit, "Jadi lo maunya gimana? Kita nyerah?" Tanyanya.
"Bukan nyerah, kita mundur dulu buat sekarang. Kita udah banyak melalui hal, gue rasa kita bisa kabur buat sementara dan nyerang lagi nanti dengan persiapan yang lebih matang." Jelas Jeongin.
"Lo lakuin ini buat kakak lo, kan? Lo cuma mau kabur sama kakak lo yang ada di tubuh Na Jaemin."
Jeongin mulai menatap Han untuk yang pertama kalinya semenjak dia datang, "Apa yang gue lakuin selama ini buat balas dendam atas matinya kakak gue dan ternyata ini dia balesannya. Kakak gue dapet tubuh dan gue sama dia bisa mulai lagi dari awal."
"Tapi setelah semua perjuangan kita? Gue gak mau nyerah gitu saja." Kata Han lagi.
"Kita gak nyerah, Han Jisung. Kita mundur sementara buat rencanain pembalasan yang lebih matang lagi." Kini Jeongin meraih kedua bahu Han seakan memberitahu dia untuk mempercayai Jeongin sekali lagi.
Han sebenarnya tidak setuju. Mana bisa Han bersantai saat Renjun dan teman-temannya masih berkeliaran begitu? Dia hanya akan bisa tenang jika mereka sudah mati.
Tapi kembali lagi, Jeongin merupakan temannya yang paling dia percayai. Han benar-benar telah melakukan semuanya demi Jeongin dan selama inipun Jeongin belum pernah mengkhianati atau mengecewakannya.
Dengan berat hati Han mengangguk setuju. "Kita istirahat dulu dan lo bisa ngabisin waktu sama kakak lo sebelum kita balas dendam lagi."
Jeongin tersenyum, "Emang itu rencananya."
Saat hendak kembali ke mobil, tiba-tiba Chanyeol menghampiri mereka.
"Renjun ada di rumah tengah hutan itu, tadi Jaemin ngabarin gue dan dia udah ada disana sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
[0.2] BAD DREAM | NCT DREAM ✓
Fiksi PenggemarAt the end, he's never wake up from his nightmare. ©elsanursyafira, 2021