▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
"Untuk pembagian tugas, kita lanjutkan di rapat besok."
Penutup dari Dhafa membuat anggota OSIS yang hadir bisa menghela napas lega. Satu setengah jam lamanya mereka melaksanakan rapat setelah pulang sekolah, rasanya sangat lelah.
Semua siswa sudah berpencar meninggalkan ruang OSIS, bergegas pulang kerumah dan melepas penat. Begitu juga Riona, ia sudah meregangkan otot-ototnya.
Dikepalanya, sudah terbayang bagaimana empuknya kasur dan hangatnya selimut. Dia pastikan, dia akan segera tidur begitu sampai dirumah.
"Riona, gue mau minta laporan buat barang-barang yang disita, ada?" Dhafa menghampiri Riona yang hendak meninggalkan ruangan.
"Yah, gue belum bikin, kak."
"Its okay, nggak usah buru-buru." Dhafa tersenyum menenangkan Riona.
Riona membalas senyumannya. "Yaudah, kak Dhafa mau balik sekarang?"
"Iya, bareng deh kalau gitu ke parkiran."
Dhafa mengambil posisi dengan berjalan disamping Riona, bersama dengan Alden dan Dipta yang merupakan anggota OSIS. Mereka tampak akrab, mengobrol disepanjang perjalanan menuju tempat parkir.
Dhafa yang merupakan pribadi social butterfly itu, tentu dengan mudah bisa bergaul. Membicarakan hal umum tentang kegiatan OSIS, sampai hal yang tidak berguna.
"Kalau gitu, lo nanti urus dokumentasi ya, Al," ujar Dhafa pada Alden, setelah lelaki itu mengatakan jika memiliki kenalan dalam hal dokumentasi.
"Gampang, kak."
"Oke, deh. Gue cabut dulu, kalian hati-hati, ya." Dhafa melambaikan tangannya kearah Riona, yang tentu dibalas juga oleh gadis itu.
"Lo juga, kak."
Riona, Alden dan Dipta bergerak menuju tempat dimana kendaraan mereka terparkir. Satu-satunya gadis diantara mereka, mendekati motor scoopy kesayangannya. Baru saja dia ingin menaikinya, netranya dikejutkan oleh ban motor yang kempes.
Dengan helaan napas, ia menekan bannya guna mengecek. Benar saja, kedua ban motornya kempes.
Tapi seingat Riona, setiap pagi dia selalu mengecek motornya sebelum berangkat sekolah.
Lalu, kenapa tiba-tiba kempes begini?
"Kenapa, Ri? Ada masalah sama motor lo?"
Riona menoleh, mendapati Alden yang sudah memakai helm menatapnya bingung.
"Ban motor gue tiba-tiba kempes, padahal tiap pagi gue cek." Alden menaikkan kedua alisnya, melihat ban motor Riona yang benar-benar kempes.
Alden berjongkok, guna mengecek ban motor itu. Melihat tak ada kebocoran dari bannya, Alden kembali menegakkan badannya.
"Nggak ada yang salah ban motor lo, kayaknya lo dikerjain."
Riona tampak terkejut sejenak, memikirkan siapa orang yang tega dan bisa melakukan ini padanya. Tapi otaknya langsung tertuju pada satu nama, yang ia sangat yakin jika dialah orangnya.
Siapa lagi jika bukan Jiandra.
"Ini pasti kerjaan Jiandra." Riona melipat tangannya didepan dada.
"Kak Jiandra, Riona."
"Bodo, gue yakin ini kerjaan dia!" Riona sudah bersungut, raut wajahnya tampak sangat kesal.
"Kenapa lo bisa yakin? Bisa aja ini kerjaan orang lain yang usil sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGLIMA JIANDRA • park jihoon
Fanfiction❝Kalau penegak keadilan tidak bisa membawamu ke neraka, maka kami yang akan membawa neraka untukmu.❞ Disaat dalam menentukan siapa yang akan menjadi teman hidup, harus ada campur tangan orang tua. Jiandra diberi cobaan lebih banyak, yakni memberikan...