▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Malam yang dingin dan deru motor yang saling bersautan, menemani mereka kali ini. Disinilah mereka, di sebuah tempat yang biasa digunakan sebagai arena balap liar. Mereka sepakat untuk berkumpul di sana untuk memastikan sesuatu, sambil menemani Ajun dan Hansa balapan.
Sudah ada Jiandra, Yoga, Ajun, Dhafa, Jauzan, Dipta, Hansa, bahkan Alden.
Sebenarnya sudah lama semenjak insiden di pantai, mereka ingin menyelidiki. Namun, Dhafa, Dipta dan Alden masih disibukkan oleh urusan pensi sekolah. Ditinggal juga mereka menolak, memaksa ingin ikut menyelidiki dengan formasi lengkap.
Tentu kehadiran mereka tak sedikit mengundang atensi para perempuan yang ikut balapan atau sekedar menemani kekasihnya, karena Jiandra baru kali ini membawa teman-temannya yang lain.
"Lawan lo siapa, Jun?" tanya Dhafa pada Ajun yang sudah bersiap dengan motor sport merahnya.
Ajun yang sedang memakai sarung tangannya menyempatkan diri untuk tersenyum, menoleh kearah Dhafa.
"Anggotanya Aditya, gue lupa namanya."
"Itu artinya mereka bakal datang, tunggu aja." Hansa tersenyum sekilas kearah Jiandra, dirinya juga sudah siap dengan setelan jaket kulit hitam.
Sekarang giliran Ajun yang sudah bersiap di garis start dengan motor kebanggaannya. Sedangkan yang lain, hanya menonton ditepi sambil sesekali mengedarkan pandangan mencari Aditya.
Ajun sudah memacu motornya dengan kecepatan tinggi, mengundang tepuk tangan para penonton.
"Gue mau beli minuman dulu, haus," pamit Alden, ia bergerak menuju motornya. Karena disini tak ada warung ataupun toko kelontong, jadi dia memutuskan untuk mencari minimarket.
"Ini sesuai pesanan?"
"Iya, cukup buat anggota lo."
Alden yang hendak memakai helmnya jadi terhenti, ia menajamkan pendengarannya untuk mencari sumber suara. Pasalnya, di tempat dia dan yang lainnya memarkir motor sedang sepi karena sedang menonton balapan.
"Siapa yang bayar?"
"Bos lo, Aditya."
Mendengar nama seseorang yang sedang mereka cari, akhirnya Alden mengurungkan diri untuk menaiki motor. Ia lebih memilih mencari sumber suara yang sepertinya berasal dari balik tempat pembuangan sampah.
Langkahnya terhenti begitu melihat dua wajah asing yang tampak sedang seperti melakukan transaksi, ditangan salah satunya juga terdapat sesuatu yang dibungkus kresek hitam. Akhirnya, Alden memilih bersembunyi dibalik pohon mangga untuk mendengar percakapan mereka, dengan mempersiapkan ponselnya untuk merekam.
Ini bisa ia gunakan untuk membalas mereka karena sudah mencelakai Riona.
"Harganya naik sekarang, susah bre. Narkoba dari negara lain aksesnya makin sempit, barang-barang yang masuk kesini harus di cek."
"Lah, terus? Ini lo gimana masukin?"
"Ilegal, gue selundupin. Udah ya, salamin makasih ke Aditya karena udah percaya gue buat beli ginian."
"Iya, pasti gue sampaikan."
"Oke, gue balik dulu, takut ada yang curiga. Kalian have fun sama barangnya!"
"Pasti, Aditya juga udah pesen 5 cewek."
"Ck ck, selalu gila si Adit. Yaudah, gue duluan."
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGLIMA JIANDRA • park jihoon
Фанфик❝Kalau penegak keadilan tidak bisa membawamu ke neraka, maka kami yang akan membawa neraka untukmu.❞ Disaat dalam menentukan siapa yang akan menjadi teman hidup, harus ada campur tangan orang tua. Jiandra diberi cobaan lebih banyak, yakni memberikan...