JIANDRA 16 : Tenungan Alden

395 65 1
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Setelah sejam lamanya perjalanan menuju pantai, akhirnya mereka sampai juga di hotel yang sudah Hansa pesan untuk mereka. Pasir putih dan hamparan laut yang entah seluas apa, menjadi pemandangan yang langsung tersuguhkan. Semilir angin yang menerpa dan matahari yang bersiap tenggelam dibalik laut, menarik perhatiannya.

Mengundang mereka untuk melihatnya lebih dekat, dan bermain air jika Hansa tidak berteriak memanggil. Di mobil, Hansa tengah kesulitan membawa barang-barang mereka.

"Kualat banget lo pada, bantuin gue dulu! Malah ngacir kebelet main air, kayak bocah!" omelnya, di bahu kanannya tersampir tas miliknya sendiri, sedangkan dibahu kiri ada tas milik Jauzan.

Mereka serempak menghampiri Hansa sebelum lelaki dengan tinggi menjulang itu meledak dan membatalkan acara liburannya. Mau bagaimanapun, biaya hotel ini ditanggung oleh Hansa. Bisa gawat kalau lelaki itu membatalkan liburannya dan pulang tanpa bersenang-senang.

Jauzan langsung mengambil alih barang yang Hansa bawa, ikut membantu yang lain untuk membawa barangnya menuju kamar. Hansa sudah memesan dua kamar, yang masing-masing diisi oleh dua orang.

Kamar pertama adalah kamarnya dan Jauzan, kamar kedua diisi oleh Riona dan Jinan, kamar ketiga diisi oleh Shreya dan Ghina, dan kamar keempat diisi oleh Dipta dan Alden, sengaja menempatkan yang laki-laki dibarisan pertama dan terakhir. Hotel disana di desain berderet dengan view yang langsung mengarah ke pantai, di depannya terdapat pohon kelapa dan kursi santai untuk menikmati pemandangan.

"Nan, gue mau main di pantai lihat sunset, mau ikut?" tawar Riona, setelah meletakkan barang-barangnya di kamar. Jinan yang kala itu sedang mengecek kembali barang bawaannya, akhirnya mengangguk untuk mengiyakan ajakan sang sahabat.

Mereka melepas sendal dan meletakkannya didepan kamar, agar sensasi di pantai semakin terasa. Memijak pasir putih yang dihias oleh cangkang kerang mati, lalu menarik napas dalam begitu merasakan pasir yang di injaknya sudah basah, yang artinya mereka hampir dekat dengan ombak.

Riona menarik napas kembali, menikmati udara segar yang jauh dari hiruk pikuk kota, mendengarkan deburan ombak yang kala itu membuatnya tenang. Ia meregangkan tangannya, seakan sedang menyerap energi alam untuk menggantikan segala asa dalam dirinya.

"Nan, lo mau kemana?" pekik Riona, setelah menyadari jika Jinan berjalan menjauhinya.

Gadis itu menoleh. "Gue mau beli es kelapa muda buat kalian!" Ia menunjuk ke salah satu warung yang menjual es tersebut, dan Riona mengangguk sebagai jawaban.

Riona membiarkan ombak tenang itu menyapa kakinya, seakan ingin menghapus segala kesedihan bersama ombak-ombak itu. Hatinya tenang kali ini, pikirannya tak lagi memikirkan masa kelamnya bersama sang kakak. Yang ada justru membayangkan bagaimana jika Calvin sedang bersamanya, tertawa sambil bermain pasir.

"Kenapa sendiri?" Riona terperanjat mendengar suara itu, menolehkan kepalanya dan mendapati Alden berjalan kearahnya.

"Lagi menikmati alam," jawab Riona sekenanya.

Riona menatap kaki Alden yang kini bersebelahan dengan kakinya, laki-laki itu juga melepas alasnya dan ikut menikmati deburan ombak bersama. Gadis itu tersenyum, memandangi hamparan air yang terlihat berkilauan akibat sinar surya.

Sementara Alden, dia menatap objek yang menurutnya lebih indah dari apapun. Senyum Riona yang merekah berhasil mengalihkan dunianya, setelah sekian lama senyum itu bersembunyi.

"Cantik." Itu kata pertama kali yang Alden katakan begitu melihat senyum Riona, membuat sang empunya menoleh dan menatap penuh tanda tanya.

"Lautnya? Bener banget, kita datang tepat waktu."

PANGLIMA JIANDRA • park jihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang