Jiandra 40 : Aditya dan Riona

119 12 0
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Motor Scoopy milik Riona terhenti di depan rumah mewah milik seseorang. Netranya menatap dari balik helm, ada beberapa orang di halaman depan rumah itu. Ada sesuatu yang harus dia pastikan di sana, tapi yang ia cari tak ada.

Itu rumah Aditya, sesuai informasi yang ia dapat semalam. Sayang, mobil putih yang Riona cari tak ada disana.

"Gue nggak salah rumah 'kan, ya?" gumamnya.

Pagar rumah tersebut mendadak terbuka lebar, sebuah mobil hitam keluar dari rumah tersebut. Sebenarnya Riona penasaran, siapa yang baru saja keluar. Tapi ia memilih untuk pergi ke supermarket untuk belanja.

Kasihan jika Jiandra tidak makan karena menunggunya.

Motornya melaju dengan kecepatan sedang menuju supermarket. Melihat jumlah uang yang Jiandra berikan, membuat Riona menggerutu sebal.

"10 juta emang mau belanja apaan sih, anjir?" sebalnya, mendorong troli menyusuri lantai itu.

Riona tidak mengetahui apa yang Jiandra suka atau tidak suka, jadi dia mengambil apa saja yang menurutnya dibutuhkan.

Lagipula yang penting Jiandra makan 'kan?

"Tuh setan suka ini nggak, ya?" gumamnya, memegang sekaleng sarden.

BRAK!!

Riona reflek menoleh, netranya mendapati seseorang yang menjatuhkan barangnya. Spontan dia menghampiri orang tersebut.

"Sini biar saya bantu." Riona berjongkok memungut barang orang tersebut.

"Makasih ya, gue jadi terbantu."

Riona mengangkat wajahnya untuk menjawab, tapi yang ia dapat justru sesuatu yang mengejutkan. Entah ini sebuah takdir atau hanya kebetulan, dia sedang membantu Aditya.

"Eh, boleh minta tolong pegang sebentar? Gue mau ambil troli dulu."

Riona mengerjapkan matanya. "Boleh."

Aditya buru-buru berlari kecil untuk mengambil troli. Barang-barang yang cowok itu beli, hanya beberapa makanan dan minuman.

Ketika Aditya kembali, Riona turut membantu menaruh belanjaannya kedalam troli.

"Sekali lagi makasih," ucap Aditya.

"Sama-sama." Riona tersenyum sekilas, lalu kembali menuju trolinya sendiri.

"Eh, mau belanja bareng nggak? Masih banyak yang mau lo beli?" Riona tersentak begitu Aditya tiba-tiba berada di sampingnya.

Cowok ini memang sok akrab atau hanya ramah?

"Sisa dikit sih," jawabnya seadanya.

Aditya tersenyum manis. "Gue temenin sini, sekalian sebagai ucapan terima kasih gue. Kapan lagi gue belanja bareng cewek cantik."

Akhirnya, mereka berbelanja berdua. Aditya setia mengekori Riona kemanapun dia pergi, bahkan terkadang dia memberikan pendapatnya tentang barang yang hendak Riona beli.

"Ngomong-ngomong, nama lo siapa? Kayaknya kita seumuran."

Riona menoleh. "Nama gue Riona, lo?"

"Gue Aditya, lo emang biasa belanja sendiri?" tanyanya dan dijawab anggukan oleh gadis di sebelahnya.

"Iya, sekalian jalan-jalan gitu." Jujur saja, Riona tidak menyangka bisa berbicara santai pada seseorang yang telah melayangkan nyawa orang yang ia cintai.

Tapi demi rencananya, dia akan melakukan apapun sampai menemukan kebenaran.

Begitu mereka selesai membayar seluruh belanjaan, akhirnya mereka berpisah di tempat parkir.

"Riona, gue boleh minta kontak lo? Eh, tapi lo mau 'kan temenan sama gue?"

Gotcha!! Riona bisa semakin dekat dengannya.

"Boleh dong, Dit." Ia mengetikkan beberapa nomor di ponsel Aditya.

Cowok itu hanya memandang wajah gadis di hadapannya. Terpaan angin yang berhembus menyapu surainya dengan lembut. Saat itu Aditya menyadari satu hal, cewek ini sangat cantik.

Bahkan dia baru tersadar dari imajinasinya ketika Riona mengembalikan ponsel Aditya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bahkan dia baru tersadar dari imajinasinya ketika Riona mengembalikan ponsel Aditya.

"Gue pulang dulu, dah!" Riona melambaikan tangannya sejenak, lalu berjalan menuju motornya yang terparkir rapi.

Sial, Aditya tidak tahu jika Riona secantik ini.

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

"Kalian ngapain kesini?" itu adalah kalimat pertama yang Riona tanyakan ketika ia melihat ruang tamunya dipenuhi oleh para cowok.

Semua teman laki-lakinya berkumpul disana, di meja sudah dipenuhi dengan berbagai macam makanan.

"Ngumpul lah, kita 'kan sehari nggak ketemu Bang Jian langsung demam karena kangen."

"Najis," ucap Jiandra, melirik sinis pada Dipta.

"Banyak banget belanjaan lo." Jauzan beranjak berdiri, lalu mengambil alih bawaan Riona.

Ia begitu sigap hingga membuat Riona tersenyum, hanya Jauzan yang peka. Mereka berdua segera menuju dapur untuk menata barang belanja.

"Kalian mau kopi, nggak?" tanya Riona.

"Mau, Ri! Gue mau es kopi, lagi gerah nih," jawab Hansa.

Jauzan yang sedang membantu Riona menata barangnya di kulkas pun hanya tersenyum kecil melihat sahabatnya memasak air. Ia hanya tak menyangka sahabat kecilnya ini kini sudah menikah, meski dengan seseorang yang tak ia cintai.

"Lo tau kita udah temuin mobil putih itu?" tanya Jauzan, membuat atensi Riona teralihkan.

"Hah? Ditemuin dimana?"

"Tempat pembuangan mobil bekas, mobil itu kebakaran beberapa hari yang lalu."

Ah, pantas saja Riona tadi tidak melihat mobil putih itu di rumah Aditya.

"Gitu, ya. Terus, nggak ada petunjuk lain?" Jauzan menggeleng.

Melihat raut wajah yang gelisah, Jauzan mengulurkan tangannya untuk mengelus puncak kepala Riona.

"Jangan khawatir, nanti kita cari petunjuk lain."

Riona hanya tersenyum menanggapi, sepertinya memang tidak ada cara lain selain mendekati Aditya secara personal.

Ia melanjutkan menyeduh kopi untuk para temannya, menyuguhkannya di meja ruang tamu. Seperti biasa, mereka sudah ribut dengan tingkah konyolnya. Riona mengambil posisi dengan duduk di sebelah Hansa, karena hanya tempat itu yang kosong.

"Kita harus gimana habis ini?" tanya Dhafa.

Yoga mengangkat tangannya, memberi usul.
"Gue punya rencana!"

"Apa tuh?"

"Gimana kalau kita balik ke arena balap? Alden terakhir kali ada disana 'kan? Pasti ada petunjuk baru."

Hansa tampak berpikir. "Itu ide bagus, kita juga belum sempet cek kesana."

"Gimana kalau nanti malam? Sekalian juga ntar gue ada balapan, lawannya anggota Aditya." tanya Ajun

Jiandra tersenyum. "Oke."

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

PANGLIMA JIANDRA • park jihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang