Jiandra 39 : Hari Yang Damai

119 15 0
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Hari pernikahan.

Janji sakral terucapkan tanpa perasaan didepan penghulu dan para undangan. Dua insan yang tak pernah disangka akan berada di satu tempat yakni rumah tangga, nyatanya kini sudah sah menjadi suami istri. Dua keluarga yang kini bahagia, sebab kedua anak mereka sudah resmi menikah dan bisnis keduanya bisa dilanjutkan.

Benar-benar menguntungkan.

Acara yang hanya diikuti oleh orang tertentu saja sedang menikmati jamuan yang ada. Tak terkecuali para sahabat mereka berdua, bedanya tak ada raut wajah bahagia. Seakan ikut merasakan bagaimana rasanya menikah tanpa perasaan dan penuh dengan paksaan.

"Selamat, bro. Akhirnya lo udah nikah juga, walaupun terpaksa." Dhafa melakukan tos dengan Jiandra, yang disambut baik olehnya.

"Muka kalian kenapa gitu, sih? Gue nikah, loh! Masa nggak ada muka bahagia gitu?" Riona dengan gaun pengantinnya yang anggun, berkacak pinggang.

"Gimana mau bahagia? Kalau ini bukan pernikahan yang lo mau?" jawab Dipta, dengan wajah yang ditekuk.

Riona yang gemas reflek merangkulnya, "Lebay!"

"Kita khawatir, Ri. Gimana kalau rumah kalian roboh karena kalian sering gelud?"

"Gue berantem ama Jiandra juga nggak separah itu, hiperbola banget lo!"

Mereka sontak saling melempar pandangan. Riona ini tidak sadar atau hanya pura-pura?

Padahal UKS saja dibuat seperti itu oleh mereka, dan dia bilang tidak parah? Dipta jadi membayangkan pertempuran 'parah' seperti apa yang Riona maksud.

"Acara kalian nggak asik, ah! Masa nggak ada biduan sih?" kesal Dipta.

"Ya lo kalau mikir jangan pake dengkul dong! Ini acara tertutup, yang dateng juga orang tertentu. Syukur lo diundang, ini malah ngelunjak!" sinis shreya.

"Lah, tetangga gue judul doang nikahan tertutup tapi tau-tau sewa reog."

"Yaudah lo sana yang jadi reognya!"

"Tapi lo yang jadi biduan, ya? Walaupun suara lo kayak kucing kebelet kawin, tapi itu masih mending daripada dengerin orang bahas bisnis."

Shreya yang kesal diejek seperti itu, melemparkan tisu pada Dipta. Alhasil mengundang tawa teman-temannya yang lain. Beruntung Riona mengundang mereka, ia jadi tidak merasa sedih karena pernikahan ini.

"Sedih gue, temen gue udah kayak siti nurleha pake dijodohin segala." Jauzan berakting seakan sedang menyeka tangisnya.

"Siti Nurleha siapa?" tanya Hansa.

"Itu, yang jadi korban perjodohan orang jaman dulu."

"Siti Jamilah, anjir!"

"Goblok, Siti Nurbaya yang bener."

Riona menggelengkan kepala mendengar ocehan Jauzan dan Hansa itu.

"Riona, Jiandra!"

Yang dipanggil reflek menolehkan kepala, melihat Cindy mengayunkan tangan meminta mereka menghampirinya.

"Eh, gue ama Riona mau kesana dulu. Kalian makan aja sepuasnya, nggak gue suruh bayar."

"Siap, Bang!"

Riona beralih meraih lengan Jiandra, bersiap memasang senyum palsunya untuk para tamu. Bersikap selayaknya pengantin yang saling mencintai, mereka menyapa para tamu dan mengucapkan terima kasih.

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

"Lo pake kamar atas, gue bawah aja," titah Jiandra, begitu mereka tiba dirumah yang sudah disiapkan untuk mereka.

PANGLIMA JIANDRA • park jihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang