▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
"Ini pesanan kalian, guys!"
Ghina kembali membawa satu nampan berisikan dua porsi mie ayam dan dua porsi bakso. Ia meletakkannya diatas meja, lalu membagikannya pada Shreya dan Riona.
"Makasih, Ghina." Riona tersenyum manis, lalu beralih menuangkan sambal kedalam mie ayam miliknya.
"Sama-sama. Btw, Jinan kemana?" tanyanya sembari mengambil posisi dengan duduk disebelah Riona.
"Tadi bilangnya mau ke toilet, tapi lama banget. Apa lagi boker, ya?"
Riona menoleh kearah Shreya. "Bisa jadi, lagi sembelit kayaknya."
Ghina yang orangnya memang mudah merasa jijik, lantas menjitak kepala Riona dengan gemas. "Jorok banget sih lo!"
"Kok gue? Shreya, tuh!"
"Apaan, anjir?" Shreya mengangkat kepalanya, menatap tak terima. Padahal dia diam saja, dan tiba-tiba Riona menyalahkannya.
Mereka kembali fokus pada makanan, hening sejenak karena Shreya belum menemukan topik ghibah. Lalu, ia menoleh kearah meja yang berisi 7 orang siswa.
Ada Jiandra, Dhafa, Yoga, Ajun, Dipta, Hansa dan Jauzan. Terlihat sedang membicarakan sesuatu yang serius.
"Semenjak mereka akrab sama circle Kak Jiandra, kemana mana jadi bareng. Nih meja yang biasanya rame karena Dipta, jadi sepi," Ghina mengaduk mie ayamnya dengan tatapan yang terarah pada meja Jiandra.
Shreya tersenyum menggoda. "Dipta doang? Naksir Dipta, ya?"
"Bukannya lo yang naksir?" Riona terkekeh melihat ekspresi sinis Shreya.
"Gue nggak naksir, ya!"
Shreya mengerucutkan bibirnya, mengaduk makanannya dengan tak semangat.
"Susah, cinta elit bersatu sulit." Ghina menggelengkan kepalanya, tertawa kecil.
Riona melirik kearah jam ponselnya, sudah 30 menit waktu berlalu dan Jinan belum kembali.
"Eh, gue susul Jinan dulu. Udah hampir masuk, sayang nih makanannya." Buru-buru Riona memakan semua baksonya, lalu beranjak berdiri bersiap menyusul Jinan.
Dia melangkah keluar kantin, bergerak menuju toilet sekolah. Sayang, tak ada Jinan disana. Hanya ada beberapa siswi yang sibuk merapihkan dandanan mereka.
"Guys, ada Jinan nggak?" tanyanya, memancing atensi semua orang yang ada disana.
Gadis yang tadinya sibuk merapihkan bulu matanya, menoleh kearah Riona. "Jinan? Udah keluar daritadi, Ri."
Riona kebingungan, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gitu, ya? Yaudah deh, makasih."
Dia segera berlalu, hendak kembali ke kantin sambil mengedarkan pandangan mencari Jinan. Hah, kemana gadis itu?
Tidak biasanya Jinan telat pergi ke kantin, karena dia tipe orang yang sangat lemah lembut bahkan terhadap makanan. Jika dia lupa dengan makanannya, dia akan bilang "Nanti makanannya nangis, aku nggak tega."
Dan banyak lagi.
"Eh, Riona!"
Riona menoleh dan mendapati Alina duduk di kursi koridor bersama Mahesa, sambil memangku buku. Ya ampun, Riona selalu saja melihat Alina membawa buku.
Seperti tidak ada teman saja.
"Halo, Kak! Lagi ngapain?"
"Lagi belajar, nih. Lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGLIMA JIANDRA • park jihoon
Fanfiction❝Kalau penegak keadilan tidak bisa membawamu ke neraka, maka kami yang akan membawa neraka untukmu.❞ Disaat dalam menentukan siapa yang akan menjadi teman hidup, harus ada campur tangan orang tua. Jiandra diberi cobaan lebih banyak, yakni memberikan...