▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
"RIONA!!!"
Shreya dan Ghina langsung menghamburkan pelukannya pada Riona, begitu gadis itu memasuki kelas bersama Jauzan. Mereka sudah sangat khawatir karena Riona tidak memberi kabar sampai dua minggu, dan sekarang kembali menampakkan diri.
"Puji Tuhan, akhirnya lo masuk sekolah!" Shreya sampai menitikkan air matanya, merasa lega melihat sahabatnya baik-baik saja.
Tapi ada yang aneh, Riona tampak berbeda. Dia tidak merasa senang ataupun sedih, gadis itu tanpa ekspresi. Bahkan dia hanya menatap Shreya dan Ghina bergantian.
"Ri, lo nggak apa-apa 'kan?" tanya Jinan.
Gadis itu tidak menjawab, hanya menoleh kearah Jauzan seakan meminta bantuan. Jauzan yang paham pun langsung merangkul Riona.
"Guys, maaf ya tapi Riona lagi nggak enak badan. Jangan dibikin pusing dulu sama tingkah absurd kalian."
"Lo tuh yang absurd!" pekik Shreya yang tak terima.
Padahal Jauzan lebih tidak jelas dari mereka. Cowok itu membawa Riona untuk duduk di bangkunya. Membisikkan sesuatu agar gadis itu tidak melakukan sesuatu yang berbahaya selama di sekolah. Riona mengangguk menurut dan Jauzan kembali ke bangkunya.
"Riona kenapa, Jan? Gue lihat dia kayak linglung gitu." tanya Hansa, memperhatikan Riona yang hanya duduk diam dibangkunya.
Jauzan menghela napas. "Gue kemarin sama Bang Jiandra ke rumahnya, kondisi dia nggak baik-baik aja. Dia terpukul banget sama perginya Alden."
Hansa mengulas senyumnya. "Gue kasihan sama mereka berdua, mereka saling cinta tapi malah dipisah kematian."
Seorang guru memasuki kelas, semua murid reflek kembali ke bangku masing-masing dan memulai pelajaran. Riona mendengarkan penjelasan guru itu, tapi pikirannya berkelana jauh. Memikirkan sesuatu yang tak perlu dan hanya menambah beban dibahunya.
Waktu istirahat tiba, gadis itu tak bergeming ditempatnya bahkan ketika Jinan mengajaknya bicara.
"Ri, ayo ke kantin! Apa lo nggak kangen bakso?" tawar Ghina, menaikturunkan alisnya menggoda sahabatnya.
Riona tak menjawab, dia justru beranjak dari duduknya.
"Mau kemana, Ri?" tanya Shreya.
"Toilet." Gadis itu pergi keluar kelas meninggalkan teman-temannya.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
"Makanan kalian udah datang!!" seru Ghina dengan bahagia, membawakan satu nampan berisikan empat mangkuk mie ayam.
"Makasih, Ghina," ucap Jinan, ikut sumringah melihat makanan itu setelah beberapa jam menghabiskan waktu untuk belajar.
Ghina mengacungkan jempolnya, lalu mulai meracik mie ayam agar sesuai dengan seleranya. Shreya pun sama, menuangkan beberapa sendok sambal yang membuat mie ayamnya semakin terlihat menggugah.
"Eh, ini punya Riona 'kan?" tanya Shreya, melihat tersisa satu mangkuk mie ayam lagi.
"Iya, perasaan dia lama banget ke toilet deh."
"Woy, kalian!" panggil Jauzan yang duduk bersama yang lain di meja sebelah.
"Riona mana?"
"Dia bilang mau ke toilet, tapi udah daritadi," jawab Ghina.
Jauzan mulai panik. Wah, dia takut Riona kembali menimbun sesuatu dan membawanya pulang. Atau yang lebih buruk, dia kembali melukai tangannya. Jauzan melirik kearah Jiandra, seakan berkomunikasi melalui pikiran, mereka kompak beranjak dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGLIMA JIANDRA • park jihoon
Fiksi Penggemar❝Kalau penegak keadilan tidak bisa membawamu ke neraka, maka kami yang akan membawa neraka untukmu.❞ Disaat dalam menentukan siapa yang akan menjadi teman hidup, harus ada campur tangan orang tua. Jiandra diberi cobaan lebih banyak, yakni memberikan...