▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
"Shreya!! Gue mau nyontek PR dong!"
Mendengar teriakan Jauzan dan Dipta, Shreya buru-buru menyembunyikan buku PR nya di laci meja. Gadis itu bersiul seolah tidak mendengar apa-apa, mengabaikan dua cowok yang sedang merengek disampingnya.
"Ayo dong!! Kasihani pangeran ini, adinda!" Dipta mengelus dadanya seakan tersakiti.
"Gue traktir bakso deh, semangkok!"
Shreya menggeleng tegas. "Kalian kerjain aja sendiri! Kan bentar lagi masih olahraga, jadi ada waktu."
"Justru karena bentar lagi jam olahraga, anak cowok sekelas pada mau tanding basket. Ayo dong, gue tambahin siomay!"
Shreya menghela napasnya lelah, seperti inilah dia. Selalu menjadi tempat percontekan PR oleh teman-temannya, meskipun Riona dan dua lainnya selalu mengerjakan.
Tapi lain halnya dengan Dipta, Jauzan dan Hansa.
"Ini, pake punya gue aja." Jinan menyodorkan bukunya pada mereka.
Shreya tersenyum lebar. "Nah, pake punya dia aja sana! Gue ogah kasih contekan ke kalian, mana dibayar murah!"
Dipta dengan sigap merebut buku Jinan, tak ingin diambil lebih dulu oleh Jauzan. "Gue pinjam ya, Jinan!"
"Woy, bagi dong!!" Dipta menjulurkan lidahnya mengejek Jauzan, lalu mulai menulis tugasnya.
"Udah nih, pake punya gue aja, Jan." Riona menyodorkan bukunya pada Jauzan, yang langsung disambut gembira olehnya.
"Makasih, Ri!"
Jinan tersenyum tipis melihatnya, tapi tatapannya sendu. Tiba-tiba, tangannya terkepal kuat dengan matanya menatap tajam kearah lain.
Pelajaran berjalan dengan biasanya, para siswa laki-laki sedang bertanding basket dan para siswi yang menonton sambil meneriaki jagoan masing-masing.
"Woy bego, Dipta! Itu bolanya di dribble, bangsat!" Shreya sudah berteriak gemas melihat tingkah bodoh Dipta.
Cowok itu, malah menendang bola basket hingga memantul jauh. Akhirnya dia mendapat jitakan dari Hansa yang tidak tahan dengan tingkah bodohnya. Dipta hanya tertawa tanpa dosa, mengacungkan jari tengahnya pada Shreya yang berteriak sedari tadi.
"Cowok sialan itu! Awas aja lo, curut!" Tangan Shreya terkepal, gatal ingin menjitak Dipta juga.
"Guys, ini minuman buat kalian." Ghina menyodorkan minuman pada Shreya.
"Ri, ini punya lo." Jinan menyodorkannya pada Riona, lalu mengambil posisi di sebelahnya.
"Makasih, ya." Riona mulai meminumnya, masih menyoraki teman-temannya.
Ghina, Shreya dan Jinan lega melihatnya, kondisi Riona perlahan membaik. Begitu asik menonton pertandingan, tiba-tiba sesuatu mengenai kepala belakangnya. Begitu ia menoleh, dilihatnya Jiandra sedang duduk di tribun atas sambil tersenyum menjengkelkan.
"Ikut gue," ucapnya tanpa suara, tangannya bergerak memberi kode untuk mengikutinya.
"Si brengsek itu..." Riona berdecak sebal, lalu beranjak berdiri.
"Eh? Mau kemana, Ri?" tanya Ghina.
"Mau ke toilet bentar."
Gadis itu menghampiri Jiandra yang sedang bersandar di tembok sambil melipat tangan di depan dada. Langkah Riona semakin lama semakin cepat, tangannya sudah mengepal dan berakhir memberikan jitakan pada kepala Jiandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGLIMA JIANDRA • park jihoon
Fiksi Penggemar❝Kalau penegak keadilan tidak bisa membawamu ke neraka, maka kami yang akan membawa neraka untukmu.❞ Disaat dalam menentukan siapa yang akan menjadi teman hidup, harus ada campur tangan orang tua. Jiandra diberi cobaan lebih banyak, yakni memberikan...