▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Semua orang bungkam, hanya terdengar dentingan piring yang beradu dengan sendok dan garpu. Lagu jazz mengalun indah, dibawakan oleh para pemusik. Dua keluarga yang bertemu kembali, membuat Riona memiliki firasat buruk yang amat sangat kuat.
Tempat yang sama dengan orang-orang yang sama pula, sudah jelas akan membahas bisnis yang menguntungkan. Apa lagi jika bukan tentang nasib hubungan dirinya dan Jiandra?
Rasanya Riona muak melihat restoran ini, selalu menjadi tempat kesepakatan terjadi. Pemuda berjas dihadapannya melirik was-was, sepertinya dia juga tau apa yang akan dibicarakan keluarganya.
Sesuatu yang.... Wow!!
"Ehem, target pernikahan Riona diumur berapa?" tanya Naufal, mulutnya dia lap menggunakan tisu.
Yang ditanya menoleh sekilas, dia melirik kearah Jiandra sejenak sebelum menjawab. "Nggak mau nikah, Om."
"Loh, kenapa?"
"Urusin diri sendiri aja belum becus, ngapain urusin orang lain? Kecuali orang yang bakal jadi suami saya nggak masalah kalau nggak saya urus," jawabnya santai, terlalu santai sampai membuat Aruni geram ditempatnya.
Riona ini, selalu melakukan hal yang merugikannya.
Naufal tertawa kecil mendengarnya. Baginya, jawaban Riona bisa ia maklumi mengingat usia gadis itu yang masih belia dan tak sempat memikirkan pernikahan.
Inilah yang membuat Naufal suka padanya, Riona apa adanya.
"Yah, gimana dong, Ji? Kamu pasti sedih kalau nanti nggak diurus Riona."
Jiandra yang baru saja menyelesaikan makannya, mengangkat wajah menatap sang Ayah. "Malah bagus, Jian nggak mau diurus sama orang yang urus dirinya sendiri aja nggak becus."
Naufal menghela napasnya, siapa yang mengajarkan ini pada Jiandra? Dari siapa sifatnya? Tentu dia, dan Naufal mengutuk hal itu.
"Malah bagus, dong? Itu artinya kalian cocok, dan bisa menikah secepatnya." Arzan berujar, tersenyum melihat Riona dan Jiandra.
"Pendapat anda ada benarnya juga, calon besan. Jadi gimana? Kapan kita tentukan tanggal pernikahannya?" Naufal tersenyum lebar, seperti akan ada sebuah kesepakatan besar terjadi.
"Sekarang, bagaimana?" tanya Aruni.
"Benar, lebih cepat lebih baik. Kita tentukan tanggalnya." Cindy tak kalah bersemangat, sama seperti lainnya.
Terkecuali dua remaja yang seakan menjadi tumbal bisnis keluarga.
Mereka berdua hanya terdiam menatap hal lain. Riona yang menatap kosong bunga didalam vas, Jiandra yang melirik tak suka kearah mereka. Banyak hal yang berkecamuk dikepala kecil gadis itu. Disaat yang lain bersemangat menentukan waktu yang pas, dia hanya bisa terdiam tanpa membantah.
Bagaimana mau membantah? Tangan Aruni mencengkram pahanya dibawah sana, membuatnya tak bisa bergerak sedikitpun. Riona rasanya ingin menangis, diperlakukan seperti ini oleh ibunya sendiri adalah hal yang menyayat hati.
Jiandra melirik kearah gadis itu. Sebagai seseorang yang bisa dikatakan cukup dekat dengannya beberapa waktu terakhir, dia bisa melihat perubahan ekspresi Riona.
Sama seperti ketika dia perang dingin dengan Alden saat liburan.
Kursi berdecit, Jiandra bangkit. "Kalian lanjutin aja pembahasannya, Jiandra mau berduaan sama Riona. Biar bisa lebih kenal sebelum nikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGLIMA JIANDRA • park jihoon
Fanfic❝Kalau penegak keadilan tidak bisa membawamu ke neraka, maka kami yang akan membawa neraka untukmu.❞ Disaat dalam menentukan siapa yang akan menjadi teman hidup, harus ada campur tangan orang tua. Jiandra diberi cobaan lebih banyak, yakni memberikan...