Chapter 5

79.5K 3K 228
                                    

Kecepak-kecepak nyaring merdu terus terdengar tiada henti.

Memang keparat. Lucien mengatakan hanya dua kali, tapi ternyata ini sudah yang keempat kalinya.

Cutter sudah tidak sanggup. Dan setelah semuanya terjadi, dia pun menyadari satu hal.

Lucien, pria itu seorang hypersex.

Setelah ronde keempat mereka berakhir, Lucien berbaring lemas puas dengan posisi telungkup meremas batangnya yang terasa ngilu.

"Sial. Penisku terasa linu," gumam Lucien. Mendesis pelan.

Cutter berdecak. Ia coel lendir dari dalam lubangnya memakai jari tengah. Diapitnya lalu benang-benang lendir pun tercipta.

"Ck, dia menganga dan bengkak," kata Cutter. Melihat vaginanya sendiri yang mengenaskan.

Melebar dan mendadak sangat berantakkan dengan bibir di bagian dalamnya yang seperti kewer-kewer.

"Sexmu brutal. Semua vagina pasti akan membengkak dan menganga jika sudah menghadapi batangmu," ujar Cutter. Meratapi nasib vaginanya yang mengenaskan.

Andai benda itu dapat bicara, mungkin saja ia akan memprotes karena sudah dibuat menganga lebar.

Hanya senyum tipis yang terbit pada sudut bibir Lucien. "Ini belum semuanya. Aku lelah karena kurang tidur."

Cutter melirik Lucien di samping. Melihat body pria itu yang tampan. Bodynya saja tampan, maka tidak usah lagi meragukan parasnya.

"Kau hypersex," timpal Cutter.

Lucien menoleh melihat wanita itu. "Lalu kenapa?"

"Itu menyeramkan. Lubang istrimu bisa-bisa bolong sebesar sumur tua jika terus menurutimu."

"Itu pasti," balas Lucien terkekeh. Ia lempar satu bantal ke wajah cantik Cutter yang menatapnya aneh.

"By the way wajahmu seperti tidak asing." Cutter mulai menyadari satu hal.

"Kau mirip—,"

"Aku lapar. Kita pergi cari makan dan kembali lagi setelahnya," potong Lucien cepat.

"Aku serius. Kau mirip—."

Bugh!

"Enak saja asal melumat," pekik Cutter. Dia tumbuk kepala Lucien yang tiba-tiba melumat bibirnya agar berhenti bicara.

"Salahkah? Bukankah tadi kau saja menikmati lumatan bibirku, um?" Lucien mainkan singkat kedua alisnya.

Cutter memutar bola mata. "Cepat cari makan. Aku juga lapar. Tenagaku habis untuk menampung penismu," kata perempuan itu.

Kedua orang itu lalu sepakat untuk meningga kamar hotel dan pergi mencari makan.

Lucien mengemudi cekatan lincah dengan setelan singlet hitam ketat pun jeans putihnya. Menyesap sebatang rokok dan ia gigit pada sudut bibir tiap kali membanting setir kemudi.

Kemudian Cutter duduk di sebelahnya. Hanya memakai underwear juga hoodie besar milik Lucien. Dia angkat kedua kakinya ke atas kursi, melipat kaki seraya bersandar dan menyesap rokok.

"Keparat. Ada polisi," celetuk Cutter. Buru-buru ia menunduk rendah bersembunyi.

Lucien gigit lagi rokok di sudut bibir. Lincah cepat ia memindahkan persneling kemudian menginjak kandas gas mobilnya. Amat laju menerobos semua lalu lalang dan menyelip di sela-sela yang dapat ia lewati.

Menjerit garang suara mesin mobil pria itu. Asap tebal harum bercampur percikan api keluar dari pada knalpot racingnya. Menerpa tiga orang polisi yang tengah berjaga di perempatan jalan.

RUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang