Chapter 34

54.4K 2.2K 147
                                    

"Kenapa ponselmu tidak aktif..." Gumaman kecil itu tercipta dari mulut Peter. Sudah berkali-kali ia mencoba untuk menghubungi Cutter namun hasil tetap nihil, ponsel Cutter sama sekali tidak aktif sedari tadi.

Setelah Peter menanyakan posisi Cutter kepada dua penjaganya, mereka mengatakan jika Cutter menyuruh mereka untuk tidak perlu mengikuti dia pergi, dan membaskan ke mana saja kedua penjaga itu untuk menghabiskan waktu.

Peter gelisah menantikan kabar Cutter yang tak kunjung muncul. Kendatipun mereka belum lama bersama, Peter sudah menyayangi Cutter sebab ia menemukan Cutter di saat perempuan itu tengah terisak hancur, menjerit remuk dalam duka sepeninggalan Kody.

Mungkin benar kata mereka, pria-pria yang cerdas, sempurna dalam berlogika, pria berkelas semacam itulah yang merupakan pria-pria tertulus juga tersetia. Selama kariernya dimulai sedari ia berusia 20 tahun, Peter sama sekali tidak mementingkan perkara wanita. Fokus lelaki itu pada tujuan hidupnya dalam meniti karier cemerlang.

Hingga ia berusia 40 tahun tepatnya satu bulan lalu, Peter barulah memutuskan untuk menikahi seorang wanita yang berhasil menyentuh hatinya ketika ia sendiri tengah merasa kosong. Tidak lain dan tidak bukan ialah Cutter sendiri.

Cutter menjadi istimewa di hatinya kendati ia tahu bahwasannya wanita itu sedang hamil muda. Alih-alih keberatan, Peter mengatakan jika ia siap menjadi ayah dari anak yang tengah Cutter kandung ketika itu.

Namun, Cutter justru memilih keputusannya sendiri dalam keadaan marah juga gelap mata. Cutter mengunjungi Dokter ahli kandungan lalu meminta agar kandungannya yang masih sangat muda, tepatnya baru berusia dua minggu kala itu agar bisa dikeluarkan—menggugurkan kandungannya dengan cara menyuntik mati kehidupan di dalam rahimnya.

"Aku tidak ingin memiliki anak. Aku ingin kita benar-benar memulainya dari awal tanpa ada siapa pun yang kubawa dari masa laluku," ucap Cutter saat itu, ketika Peter kecewa dengan tindakan Cutter yang telah menewaskan sendiri anak di kandungannya.

Dan sekarang, tindakan Cutter telah menjadi boomerang untuknya pribadi. Lucien mengetahui hal itu setelah ia menemukan secarik kertas berisikan persetujuan Cutter bersama sang Dokter mengenai kematian yang perempuan itu rencanakan.

Lucien mengamati kertas yang ia pegang, bergerak cepat bola mata Lucien saat membaca semua kalimat-kalimat panjang pada kertas tersebut kemudian melihat tanda tangan Cutter di bagian pojok kanan bawah. Keputusan Cutter terjadi tepat tiga minggu yang lalu.

"Lucien lepaskan aku..." Permohonan lemah itu Cutter lontarkan. Entah di mana sekarang mereka berada ia tak tahu.

Tadi Lucien membuatnya pingsan kemudian membawanya pergi dari hotel. Sekarang ketika ia tersadar, Cutter shock ketika menemukan kedua tangannya diikat memakai tali sintesis abu-abu, dan Lucien ikat lagi bagian panjang tali itu pada sebuah besi melintang di atas kepala Cutter.

Bukan hanya itu, kedua kaki Cutter pun diborgol pada borgol rantai yang tertanam di lantai dalam keadaan bertelanjang bulat. Pusing, panas dan gelisah yang Cutter rasakan. Ia haus pun akal sehatnya menginginkan hal-hal intim kendatipun ia berupaya untuk mengempaskan bayang-bayang itu dari kepalanya.

Sulit bagi Lucien untuk meneguk salivanya sendiri. Sumpah demi apa pun ia merasa terpukul. Cutter sungguh meremehkannya, menganggapnya teramat tidak berharga. Demi Peter, Cutter menewaskan satu kehidupan muda buah dari hubungan mereka selama ini.

Kehidupan yang bahkan belum sempat Lucien ketahui, kehidupan yang Lucien yakini memang akan segera hadir di antara mereka, setelah berkali-kali ia curahkan seluruh keringatnya dan mengirimkan semuanya ke dalam wanita itu.

Sakit di hati Lucien bertumpuk-tumpuk, berlapis-lapis hingga ia tak mampu lagi berucap apa pun. Kecewa yang Cutter berikan padanya terlampau menyakitkan melebihi segala rasa sakit yang sebelumnya pernah ia dapati.

RUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang