Malamnya ketika Cutter sedang menikmati satu box pizza sembari duduk di tepi jalan dan bermain ponsel, dari jauh telinga perempuan itu mendengar suara mesin mobil Lucien yang melesat cepat hingga tercipta suara ledakan-ledakan garang dari pada knalpot.
Sambil menggigit satu pizza Cutter berdiri lalu melambai-lambaikan tangan guna memanggil Lucien.
Mobil itu berhenti kemudian dengan entengnya Cutter membuka pintu sambil membawa box pizza, memegang ponsel juga satu pizza yang menggantung di mulutnya sebab tengah ia gigit.
"Dari mana saja kau? Kutelepon pun tidak kau— motherfuck—." Cutter terdiam, cepat-cepat ia membekap mulutnya kuat.
Bukan Lucien melainkan Kenneth yang mengendarai mobil setan tersebut. Kenneth menarik sudut bibirnya lalu mengemudi kencang.
Terlinting kemeja hitamnya sampai pada siku dengan dua kancing atas terbuka memperlihatkan dada pria dewasa itu. Cutter mati kutu di tempat, melotot tiada henti dan terus dia bekap mulutnya sendiri memakai telapak tangan.
"Kupinjam mobil kekasihmu untuk menikmati suasana malam Washington," celetuk Kenneth. Tangan kekarnya pun tidak kalah lincah gesit ketika membanting setir kemudi. Terlihat jika pria itu memiliki tenaga yang amat besar.
"Tidak, bukan. Aku dan Lucien tidak berpacaran," balas Cutter cepat. Memang begitu adanya, Lucien saja tidak pernah mengatakan jika ia mencintai Cutter.
Kenneth amat tenang. Pria itu seakan memiliki mode slowmotion otomatis hingga apa pun yang diperbuaynya tampak memesona. Kenneth menenggak minuman kaleng dingin lalu dilemparnya kaleng yang sudah kosong itu melalui jendela mobil.
Cutter tidak bisa untuk tidak melotot. Ditatapnya kosong ke depan dan mendadak tidak ingin memakan lagi pizzanya yang masih tersisa banyak.
"What's your name?" tanya Kenneth lalu membanting setir, berbelok tajam ketika di perempatan jalan besar.
"Cutter Angel." Setelah beberapa kali bertemu, barulah hari ini mereka saling mengetahui nama masing-masing.
"Can I call you Angel?" Berat seksi suara Kenneth.
Cutter mengangguk samar-samar. "Turunkan aku di sini."
"Buru-buru sekali. Kau sibuk?" Kenneth tidak langsung melihat Cutter secara langsung. Hanya diliriknya saja perempuan itu mengenakan ekor mata.
"Tidak. Aku—,"
"Boleh kuminta satu potong pizzamu?"
Belum juga Cutter menjawab, Kenneth lalu mengambil sendiri satu potong pizza dari box yang berada di atas paha Cutter. Dia gigit lalu mengunyah santai.
"Thanks! I love pizza," kata pria itu. Sebagai pria dewasa yang telah memiliki banyak pengalaman hidup, mudah saja bagi Kenneth untuk memulai obrolan ataupun mencairkan suasana.
Diam-diam Cutter menghirup dalam aroma parfum Kenneth yang tercium begitu wangi. Sisi samping wajah Kennteh saja terlihat begitu kokoh juga jantan dengan rahang menegas.
"Kau sudah menikah?" Cutter bertanya sambil melihat pada cincin yang berada di jari manis Kenneth.
Kenneth pun melihat ke arah cincinnya sendiri. "Ini hanya cincin Bvlgari biasa. Ada banyak milikku di rumah dan aku belum menikah," jelasnya.
"Ngomong-ngomong, tidak kusangka kita dapat berjumpa lagi dan kau akan menikah bersama sepupuku," lanjut Kenneth kemudian.
Cutter tersenyum tipis dengan kaku. "Aku dan Lucien tidak akan menikah. Derajat kami berbeda."
KAMU SEDANG MEMBACA
RUSE
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! 21+ || DARK ACTION ROMANCE S C O T T S E R I E S #5 CERITA INI PENUH DENGAN UNSUR DEWASA; AKTIFITAS SEX EROTIS, BAHASA VULGAR & KEKERASAN FISIK; PEMBUNUHAN ILEGAL DAN LAIN-LAIN. PLEASE BE WISE...