Chapter 18

42.2K 2.2K 178
                                    

Dalam pejam telinga tajam sang Komandan Angkatan Laut Amerika Serikat mendengar, menangkap derap langkah-langkah kaki jantan yang beramai-ramai menelusuri lorong mansion kian dekat kepada ruangannya.

Komandan itu tidur namun dalam posisi duduk, memangku satu kaki kokohnya beserta kedua siku tertopang pada lengan kursi kebesaran dan menyatukan kesepuluh jemarinya.

Lengkap selalu beliau mengenakan seragam kebesaran berbintang dan berpangkat tinggi. Hasil berkeringat darahnya selama tiga puluh tahun ia mengabdi di dalam tegangnya dunia militer.

Langkah-langkah kaki berat nan terasa kejamnya itu semakin dekat. Dipimpin oleh Lucien yang berada di paling depan, menenteng helm anti peluru snipers juga menggendong M-4 di belakang punggung.

Sang Komandan Angkatan Laut Amerika Serikat itu memutar kursi kebesarannya, menghadap ke depan masih dalam keadaan memejamkan mata.

Kontan pintu ruangan tersebut rubuh, jatuh mengenaskan dan menciptakan suara bising besar setelah Lucien tendang kuat bertenaga memakai kaki kanan kokohnya.

Tampak sudah sepuluh anggota elite best of the best Navy SEAL yang berdiri di ambang pintu sejajar berbaris gagah, jantan bengis lengkap dengan baret seragam khusus mereka. Menatap, memandang lurus kepada sang Komandan Phillips yang telah membuka matanya teduh santai.

Tajam-tajam bengis tatapan para Navy SEAL itu tertuju kepada Komandan Phillips. Mencuat tinggi kegarangan mereka, memasuki ruangan tersebut tanpa memberi salam hormat kebesaran kepada sang Komandan Angkatan Laut Amerika Serikat.

Komandan Phillips bangkit berdiri. Membentangkan kedua tangan guna menyambut para Navy SEAL yang telah susah payah untuk mengunjunginya tanpa perintah ataupun undangan.

Lucien melangkah kokoh cepat, spontan ia melompat naik gagah ke atas meja kehormatan sang Komandan lalu memberi beberapa totokan saraf pada kedua pundak, dada juga leher Komandan tersebut.

Phillips sontak membeku, menegang tubuhnya tak dapat bergerak kini. Lucien dorong kasar pria berwibawa itu hingga kembali jatuh terduduk di kursinya, lantas Lucien sambar batang leher Phillips dan memberi remasan kuat di sana.

Tajam menusuk sleepy eyes Lucien memandang, menatap lekat-lekat wajah sang Komandan tanpa lagi rasa hormat.

"Kembalikan kehormatan Desmond dan Garrett," papar Lucien amat tegas.

Ia cekik kuat batang leher Phillips tanpa ragu, berani menentang sang Komandan Angkatan Laut Amerika Serikat itu yang mulai tercium jelas bangkai busuk simpanannya.

Perwira Navy SEAL beserta SEALs yang lain mendekat pula. Berdiri gagah menakutkan mereka mengelilingi meja Phillips, melepas semua helm serta kain hitam yang mereka kenakan guna menyembunyikan wajah masing-masing.

Tiba-tiba satu muncung M-4 menempel kini di kepala Phillips. Ditodongkan oleh sang Perwira Navy SEAL yang telah berdiri di sebelah kurisnya, amat dekat.

"Kau melakukan konspirasi berantai dan membalutnya seolah itu merupakan intrik dari luar. Tapi kau lupa, bahwa kami pun mampu melakukan hal yang sama seperti cara kotormu bermain," tutur si Perwira.

Phillips memejam tegang. Merasakan pula satu belati bor mematikan telah menempel ujungnya pada batang leher di samping. Ditodongkan oleh seorang Navy SEAL yang lain, berdiri juga di sebelah kursi Phillips.

Lucien melepas cekikannya begitu kasar tak acuh. Seketika ia tarik M-4 miliknya dari punggung kemudian menodongkan, menempelkan muncung benda mematikan itu kepada kening Phillips. Masih berjongkok jantan Lucien di atas meja.

Detik itu juga, seluruh M-4 tertujud ke arah sang Komandan. Semua Navy SEAL siap membidik pria tersebut yang dipastikan akan tewas dalam hitungan detik, bahkan sebelum ia sempat untuk mengembuskan napas yang sudah ia tarik dalam.

RUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang