Chapter 3

84.3K 3.6K 511
                                    

Karena dipanggil, langsung saja Lucien mendatangi kantor Pentagon yang masih di dalam kepemimpinan Ical Xinlaire Scott.

Di ruangan sang ayah Lucien ditatar. Diceramahi oleh ibunya yang juga berada di sana.

"Sebenarnya maumu ini apa? Ayo, coba kau jelaskan kepada Ibu. I-Ibu bingung, Lucien. Ibu pusing selalu mengurus semua masalah yang kau ciptakan." Nora berdecak, memijat pelipisnya.

Selalu saja merasa pening setiap kali berbicara kepada Lucien yang melulu bungkam. Tidak tahu lagi apa maunya.

"Kau ini punya tujuan hidup atau tidak? Kau sudah dewasa, Sayang. Usiamu sudah dua puluh lima tahun," tambah Nora lagi.

"Ical, tolonglah kau bicara pada anakmu ini. Aku lelah menghadapinya, Ical. Aku pusing." Nora berbicara kepada Ical.

Apa mau di kata? Yang paling Lucien hormati ialah Nora sang ibu. Jika Nora saja dia acuhkan, terlebih Ical yang selalu saja berseteru dengannya?

"Ck. Aku tidak tahu mau bilang apa. Terserah dia saja, memang begitu moto hidupnya, suka-suka," kata Ical. Bingung harus menanggapi apa.

Dia seorang pemimpin besar terhormat, disegani, dipuja-puji namanya di mana-mana. Terlebih setelah ia menggantikan posisi Felix, benar-benar pria itu menjadi tersohor pun bintang terang kian menerpanya.

Ia sanggup, kokoh tangguh memimpin ratusan, bahkan ribuan soldiers mengerikan. Namun, untuk mengurus dan mengatur putra sulungnya sendiri saja dia tidak mampu.

Di situlah Ical sangat-sangat menyadari bahwa, pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya memanglah benar-benar nyata.

"Dengar. Sudah empat kali kau ditangkap polisi. Ibu malu, tapi tidak mungkin Ibu biarkan kau terjebak di dalam sel tahanan," kata Nora cepat.

"Lalu apa ini? Semalam kau menyelamatkan seorang penjahat? Yang benar saja, Lucien. Yang benar saja," sambung Nora. Jengkel sekaligus merasa heran.

"Dia hanya merampok, bukan membunuh." Lucien pun bersuara.

"Apa itu bukan penjahat?" tatar Nora melotot.

"Dia hanya berusaha agar tidak mati kelaparan. Kurasa itu bukan penjahat," jawab Lucien santai.

Ical diam saja mendengarkan. Ada benarnya juga, tapi— sudahlah.

"Hah! Benar-benar ya, kau ini. Benar-benar!" bentak Nora jengkel. Dia cubit pinggang putranya kuat lalu ditariknya.

"Aku menyukainya. Maka kuselamatkan dia agar tidak tertangkap." Tiba-tiba Lucien mengaku.

Ical dan Nora kompak mengerjap. Mereka saling melempar pandang lalu melihat Lucien.

"Kami tidak salah dengar?" Ical menarik kursi kebesarannya maju.

Ini aneh. Ini benar-benar aneh. Sangat aneh. Sungguh aneh.

Pertama kali, first time Lucien mengatakan jika ia menyukai seorang lawan jenis. Dari remaja, Lucien tidak pernah menunjukkan jika ia menyukai gadis-gadis.

Justru ia selalu menjauh tiap kali ada perempuan yang menyukainya. Sampai dengan ia selesai berkuliah magister strata dua pun, Lucien masih tidak pernah memiliki kekasih.

Tapi tanyalah saja kepada Isaac. Dia tahu bagaimana Lucien sesungguhnya. Tidak memiliki kekasih tetapi lancar mencoblos semua wanita yang selalu datang menyerahkan diri.

"Um. Aku menyukai perempuan itu. Kuharap Ayah dan Ibu dapat menerimanya jika sampai aku memiliki niat serius untuk menikah—,"

"I-iya. Ba-baik. Nikahi saja dia secepat mungkin. Tidak apa, menikahlah saja," potong Nora secepat mungkin.

RUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang