Chapter 19

44.6K 2.3K 158
                                    

"Darn it."

Langkah kaki Cutter terjeda tatkala Lucien muncul tiba-tiba di depannya. Melompati jembatan kecil lalu pria itu menghadang langkah Cutter yang sudah berencana memberhentikan satu taksi.

Dan yang paling keparatnya, Lucien menyeringai panas seksi di wajahnya. Agak mematahkan kepalanya ke kiri dengan satu alis terangkat pun sudut bibir tertekuk.

Terselip satu tangan lelaki itu di dalam sak jeans dan satu tangannya lagi memainkan kunci mobil yang dia putar-putari di jari.

"Takut? Takut atau apa? Kenapa lari dariku?" tanya Lucien. Mengangkat dagunya dan menggigit kecil bibir bawahnya sendiri. Memandangi Cutter dari jarak tiga meter.

Segar, panas jantan aura Lucien yang Cutter dapati. Ia hampir lupa jika saja ia sedang marah kepada lelaki itu.

Okay, dia tampan.

Cutter membatin dalam kesadaran penuh. Dia melangkah maju sekali kemudian mengacungkan jari tengahnya di depan wajah Lucien yang sudah dia jilat cepat.

"Fuck. you," tekan Cutter, memaki.

Lucien pun melangkah maju dua kali hingga mepet kini tubuh mereka. Lantas ia menunduk secara tiba-tiba, menyentuhkan kening mereka kemudian menyucup, mengulum jari tengah Cutter hingga si pemilik jari tertegun hebat.

Pukulan dalam menyentuh lubuk hatinya. Ribuan kunang-kunang malam seakan terbang berhamburan memenuhi dada perempuan itu.

Lucien mengulas senyum panasnya, lagi. Mengisap jari Cutter dan dia lepas perlahan dari mulutnya sampai menjadi lembap sudah jari tersebut.

Terbelalak singkat, Cutter lalu membuang muka dan menyembunyikan tangannya di belakang tubuh.

"Gimme a kiss," minta Lucien. "Kecupan yang sama persis seperti yang kau daratkan di pipi keparat tadi."

Cutter berdecih. Berbalik cepat hendak meninggalkan namun tidak sempat. Lucien sudah lebih dulu mencekal kerah jaketnya erat ketat. Membawa posisi Cutter kembali padanya dan tanpa aba-aba lelaki itu sambar bibir Cutter secara tiba-tiba.

Tidak dia lumat. Hanya menempelkan bibir mereka intens lalu tangannya merambat masuk melalui jaket Cutter, merengkuh paksa pinggang perempuan itu dan diangkatnya hingga Cutter harus berjinjit.

"Ke mana perginya mulut cerewetmu?" Lucien bertanya. Cukup aneh melihat Cutter terdiam membisu hanya dengan bola mata sedikit melebar.

"Aku membencimu," timpal Cutter pada akhirnya. Menjauhkan bibir mereka.

"Uhm? Are you sure?" Lucien eratkan rengkuhannya. Membawa Cutter kian mepet di dadanya yang terasa keras.

Sungguh, demi masa lalunya yang kelam pun masa depannya yang belum ia ketahui, Cutter mengutuk paras lelaki itu. Ia mengutuk pesona, tatapan juga suara Lucien yang sialannya begitu membius semua indra.

"Damn you. Lucien!" jerit Cutter. Memberontak kacau sebab tiba-tiba saja Lucien menggendongnya, memapah perempuan itu di pundak lalu melangkah gontai lebar menuju mobil.

Beberapa kali menampar bokong Cutter karena terus saja mengentak-entakkan kaki pun berteriak meminta diturunkan.

"Pakai seatbeltmu, kita ke surga," kata Lucien berakhir terkekeh. Memakaikan Cutter seatbelt dan mengecup sekilas sudut bibir perempuan tersebut yang langsung saja terdiam.

Bola mata Cutter bergerak, mengikuti Lucien melangkah melewati depan mobil lalu membuka pintu di samping dan duduk di sebelahnya.

"Why?" tanya Lucien. Memainkan persneling seraya membalas tatapan terpesona Cutter padanya. Ia raup singkat wajah perempuan itu sampai Cutter memejam singkat.

RUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang