Chapter 20

56.9K 2.3K 121
                                    

2200 kata 🥂
Happy reading!

****

Kini Lucien kecup pundak mulus wanita tersebut sambil memejam. "Mari mencintaiku."

"Aku tidak tahu cara memulai." Cutter tertunduk. Lucien tidak suka melihat wanita itu menjadi lemah hanya karena kekhawatirannya sendiri.

"Seperti biasa." Lucien membawa bibirnya ke telinga Cutter. "Tanggalkan pakaianmu."

Terkekeh Cutter lalu meninju perut Lucien cukup kuat namun rasanya keras. "Itu nafsu dan bukan cinta," protes Cutter.

Lucien menarik keluar singlet hitam pass body yang ia kenakan. "Dan nafsuku mulai membawa serta cinta di dalamnya."

"Come on. Manis sekali mulutmu dari tadi berucap."

"Itu lebih baik daripada hanya bermanis mulut lalu meninggalkan. Setidaknya aku selalu mencarimu terlebih di saat aku sedang lelah." Lucien mulai melepas juga ikat pinggang dan jeansnya.

Dipandanginya Lucien, satu senyum cantik lantas terbit di bibir Cutter. Perempuan itu mulai mengagumi tubuh Lucien dan entah mengapa ia baru sadar bila saja postur lelaki itu sangat idaman.

Full naked Lucien berdiri jantan di depan Cutter. Menggantung pusakanya dan Cutter tatap bercampur rasa geli di perutnya.

"So big," celetuk Cutter. Melangkah maju ia mendekati Lucien lalu meremas batang lelaki itu sambil bertatapan.

"Kau terlalu biadab untuk menyandang marga Scott yang terkenal terhormat," kekeh Cutter. Dielus-elusnya kejantanan Lucien secara lembut sensual.

"Terhormat di luar. Di dalam kami semua memang biadab. Maka dari itu kuinginkan wanita biadab sepertimu juga untuk menjadi temanku," ujar Lucien. Membantu Cutter untuk melepaskan pakaiannya.

"Teman?" Cutter terkekeh pelan.

"Teman perjalanan hidup." Lucien memperjelas. Sekarang mereka kompak bertelanjang bulat dan berdiri saling menghadap.

"Ke mana pertemuan kita ini akan berakhir?" Bertanya Cutter dengan nada pelan. Terangkat lima jemarinya menjalar pada leher Lucien dan turun ke dada lelaki itu.

Tidak langsung menjawab, Lucien lalu memiringkan kepala dan ia lumat bibir Cutter kini. Dari jarak begitu dekat mereka saling menatap bersama bibir terpaut.

"Tanyalah itu pada hatimu. Aku seorang lelaki yang akan tetap bertanggungjawab jika sesuatu terjadi padamu." Sesuatu yang Lucien maksudkan ialah Cutter yang dipastikan akan berbadan dua jika mereka terus seperti ini.

Itu pasti. Bahkan mungkin dalam waktu dekat. Berkali-kali sudah ia hamburi rahim perempuan itu dengan benih-benihnya.

"Aku tidak ingin sesuatu yang kau maksudkan itu terjadi padaku. Sesegera mungkin aku akan membunuhnya," balas Cutter seperti berbisik. Pelan merdu ia berucap di depan bibir lembap Lucien.

Tiba-tiba Lucien mengangkat dan menggendong Cutter di depan. Menahan erat bokong Cutter yang juga telah melingkari kedua kakinya di pinggang Lucien pun memeluk leher pria itu mesra.

Mereka saling menatap. Tanpa berbicara apa pun lagi kini keduanya memejamkan mata lantas berpagutan. Berciuman lama saling membalas lidah pun lumatan masing-masing.

Terbuka bebas lubang Cutter dalam posisi saat ini. Hanyut kedua orang itu pada nyamannya berpagutan lembut. Di saat Cutter melepas bibir mereka, ia temukan kedua sleepy eyes Lucien kian meredup.

Haus, Lucien menyambar lagi bibir Cutter dan dia emut-emut. Menyedot penuh-penuh sembari membawa bokong Cutter naik turun pelan. Menggesek-gesekkan permukaan bibir kewanitaan Cutter di batangnya dan serentak mereka merasa geli.

RUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang