"Tita, kalau Mama sering pergi-pergi untuk kerja gimana?" Tanyaku pada Jelita ketika kami sedang asik menonton televisi diruang tamu.
Jelita langsung menoleh, "Ya nggak apa-apa, kan Tita bisa sama Papa dan Deli, atau sama Om Damar dan Vanya. Bisa sama Nenek juga, banyak kok yang Tita ajak." Jawabnya.
Jelita-ku dan jawaban mudahnya.
"Terus nanti Tita nggak kangen sama Mama kalau Mama pergi terus?"
Jelita mengendikan bahunya, "Kan ada hape, Ma. Bisa video call."
Aku menciumnya gemas. "Bener ya? Mama pergi awas nyariin terus kalau jauh."
Jelita tertawa keras. "Mama sayang Tita."
"Tita juga sayang Mama,"
"Yuk tidur, udah jam segini." Ajakku.
"Bentar dulu bentar dulu, besok Tita pulang sama Vanya ya? Boleh ya? Mau main bareng, kan besok Jumat." Tanya Tita.
Jumat adalah hari panjang bagi tim sales. Kenapa tidak Senin? Karena Senin hingga Kamis adalah hari eksekusi dan Jumat adalah hari evaluasi sekaligus rencana kerja kami untuk seminggu kedepan. Biasanya di hari Jumat aku akan pulang lebih larut dari biasanya, bahkan Jelita bisa sampai menginap di rumah Aro.
Jelita mengerti itu. Ancaman untuk Jelita kalau merengek, tidak ada cemilan atau mainan kalau Mama-nya tidak bekerja.
"Please..." Pinta Jelita dengan mata memelasnya. "Kalau Mama pulang malam seperti biasa, Tita nginap aja. Vanya bilang nggak apa-apa tuh."
Aku mengerucutkan bibirku. Aku harus bicara dengan Damar dulu, apakah tidak keberatan jika Jelita menginap. "Mama tanya Papa Vanya dulu ya, besok kalau ketemu disekolah waktu antar Mama tanya."
"Tanya sekarang, Tita tadi minta Vanya catat nomor hape Papa Vanya." Ujar Jelita sambil bangun kembali mengambil buku atau apalah di dalam ranselnya. "Ini." Sambil menyerahkan buku catatan kecil berisikan sederet angka dengan tulisan Papa Vanya di bawahnya.
"Telepon. Sekarang."
"Oke, my queen." Ucapku sambil mengambil buku catatan kecil Jelita.
Aku berjalan menuju ruang tamu dan mengambil ponselku, langsung ku simpan nomor ponsel ini dengan nama 'Damar' saja dan memastikan Whatsapp-nya. Profile picture-nya betul wajahnya dan Vanya.
Me:
Hai, Damar
Ini Jelita, Mama TitaLangsung online dan terbaca.
Damar:
HaiKumenunggu sampai ada chat lagi. Tapi tidak ada.
Me:
Maaf ganggu malam2
Tita besok pulang sekola..Ponselku berbunyi ketika belum selesai aku mengetik. Damar tentunya.
"Halo." Sapaku
"Halo, Jelita." Balasnya. "Ada apa?"
Aku menelan ludahku, apa aku mengganggunya? Apa aku membangunkannya?
"Maaf ganggu, Tita agak nggak sabaran. Besok Tita katanya mau main dirumah Vanya, ngerepotin nggak ya?" Tanyaku.
Damar tertawa pelan, "Tadi Vanya bilang sih, katanya Tita juga mau nginap disini. Saya sih bilang ya nggak apa, selama Mama Tita kasih ijin."
"Is that okay?" Tanyaku pada akhirnya.
"Nggak masalah kok, Sabtu pagi biasanya kami berenang, mungkin sekalian di packing baju renang Tita kalau dia mau ikut." Jawab Damar santai.
Aku mengangguk dari sini yang tentunya Damar tidak bisa lihat, "Oke, great." Jawabku. "Makasih banyak ya uda kasih ijin Tita ikut disana, sebenernya saya malu. Nanti dikira ibu yang nggak ingat punya anak." Candaku sambil tertawa kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Right Here
General FictionSudah berapa tahun kami berpisah? 5 tahun betul? Selama itu aku merasa bebas hingga pertemuanku dengan pria berbuntut ini. Pertemuan ini, tidak seperti pertemuanku dengan yang sebelumnya. Berbeda. Aku seperti jatuh cinta. Kali ini dengan tepat. Semo...