"Annyeong!
Selamat datang di lapak absrudku bestuy!
Semoga suka sama ceritanya
Bantu vote sama comentnya dong.
Perdana banget nulis cerita. Semoga imajinasi ku tersampaikan ya."
Happy Reading
-
-
___________________________
Hiduplah layaknya Sirius, tetap bersinar meski ditempat paling gelap sekalipun. Tak apa redup, asal tak padam.
__________________________
✯✯✯
Semilir angin malam menerpa setengah wajah cantik perempuan dengan balutan dress berwarna pastel. Topeng masquerade hitam masih tersemat di wajahnya. Perempuan itu duduk di bangku ujung taman dengan segelas orange jus.
Atensinya kini masih berpusat pada benda berkilau di atas sana. Langit malam telah menghipnotisnya, melupakan dingin angin malam yang menembus tulang. Di atas sana, seolah ada kehidupan lain. Terlihat tenang, menenangkan.
Perempuan itu tersenyum tipis. Tangannya mulai naik ke atas, mencari titik paling terang seolah sedang menarik garis dari satu bintang ke bintang lainnya.
"Cantik," gumamnya seorang diri.
Seolah terhanyut dalam keindahan langit malam. Si perempuan tidak menyadari jika ada seseorang yang berjalan ke arahnya. Lelaki berbadan atletis dengan setelan jas biru dongker itu ikut duduk.
"Itu Sirius, si paling terang di awal bulan Januari," bisiknya tepat di telinga.
Hal tersebut berhasil membuat sang empu sedikit terperanjat. Sejak kapan pria asing ini ada di sampingnya?pria itu tak menanggapi kerutan di kening gadis itu. Dia tampak santai meski hampir seluruh wajahnya tertutup oleh masker dan juga topeng yang menutupi mata. Misterius, adalah kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan sosok pria tersebut.
"Coba deh, perhatiin lagi dengan seksama, sampe bintang itu berkedip." lanjutnya sembari menunjuk ke arah bintang yang paling terang.
Entah setan mana yang merasukinya, ia hanya mengikuti apa yang dikatakan pria itu. Tanpa ada niat bertanya sedikitpun. Beberapa detik kemudian bintang yang ditunjuk pria tadi berkedip dengan warna berbeda-beda. Meski warna-warna yang dihasilkan terlihat begitu tipis.
"Eh! Waaahh, daebak! kok bisa kayak pelangi?!" seru gadis itu terkagum-kagum. Sampai tak sadar ia telah senyum pepsodent pada orang asing.
Pria di sampingnya ikut menarik senyum. "Selain si paling terang, Sirius juga dikenal dengan bintang pelangi. Karena bisa menunjukkan beberapa warna kalo kita liatnya dengan seksama."
"..., Sama kayak lo," lanjut pria tadi dengan suara hampir tak terdengar. Kemudian ia beranjak dari posisinya.
"Qila? Aquila?!"
Fokusnya pada langit buyar, bukan karena seseorang memanggilnya. Melainkan kalimat terakhir dari pria yang baru beberapa detik yang lalu duduk di sampingnya. Belum sempat Qila bertanya, lelaki itu sudah melenggang pergi. Menghampiri panggilan dari seorang pria paruh baya yang tengah melambai-lambaikan tangan. Seolah berkata 'kemari'.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAQILA [END]
Jugendliteratur⚠️HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA! #BELUM REVISI "Bahkan aku sudah jatuh terperangkap di labirin hatimu. Menolak beranjak, memilih menetap."-Alta "Gak ada yang boleh ambil senyum kamu, atau dia akan celaka di tangan aku," ujarnya menegaskan bahwa tid...