13. Petik Bintang

211 29 14
                                    

Happy Reading
✯✯✯

"Siapapun yang coba hilangkan tawamu, kupastikan dia binasa di tanganku."

-Altair
___________________________________


Alta menghentikan laju motornya di sebuah rumah mewah, lalu masuk ke dalam diikuti Qila di belakangnya. Qila terperangah dengan dekorasi rumah megah Alta. Terdapat beberapa foto keluarga yang tertempel di dinding dan berbagai interior antik memenuhi ruangan.

Ditengah ruang keluarga, terlihat seorang perempuan paruh baya yang terlihat awet muda sedang bersantai sambil membolak-balik majalah di tangannya. Sementara pria paruh baya di sampingnya terlihat fokus membaca koran.

Alta menghampiri keduanya. "Ma, Pa. Tumben udah pada pulang?" Ia memeluk wanita yang di panggilnya mama. Melihat kedua orangtua Alta, kini Qila tahu dari mana wajah tampan pria itu berasal.

"Loh ini siapa?" Natalie menyenggol bahu anaknya itu.  "Pa, bayi kita udah gede ternyata. Liat, udah berani deket sama cewek. Nggak galak-galak lagi." Natalie tersenyum menggoda anaknya.

Alta berdecak kesal. "Berhenti panggil aku bayi Ma! Nggak liat Aku udah segede gini?" balasnya tak terima.

"Bagi Mama kamu tetap bayi sayang." Natalie mengusap puncak kepala anak bungsunya.

Kemudian ibu dua anak itu beralih menatap Qila. "Loh, ini kamu kenapa? Siapa yang ngelakuin? Jangan bilang Alta yang bikin kamu kayak gini?" cecar Natalie saat melihat beberapa luka di wajah dan leher Qila.

Anggara— Papa Alta menurunkan kacamata dan meletakkanya di atas meja bersamaan dengan koran yang sudah dibacanya sedari tadi. Ia memberikan tatapan tajam pada anak laki-lakinya itu.

"Mama ih suudzon aja sama anak sendiri. Mana pernah Alta mukul perempuan. Qila ini temen sekolah Alta, tadi nggak sengaja ketemu di jalan. Dia lagi di palak preman trus Alta tolongin," alibinya yang dihadiahi senyum tipis oleh Qila. Alta seolah mengerti apa yang ingin Qila tutupi.

Anggara dan Natalie kompak memberikan tatapan tak percaya. "Suer Ma, Pa. Alta nggak bohong, sumpah."

"Iya Om, Tante, yang dibilang Kak Alta itu bener. Oh, aku Qila, Om, Tante," sapanya lalu mencium punggung tangan Natalie dan Anggara bergantian.

"Kayaknya Om pernah lihat kamu, tapi dimana ya, Om lupa." Anggara mencoba mengingat-ingat sesuatu. "Ah, kamu ini anaknya Valleri bukan?"

Qila sedikit kaget, dari mana papa Alta tahu mamanya. "I-iyaa, Om," balasnya masih tersenyum.

"Valleri partner bisnis kuliner kita Pa?" tanya Natalie.

"Iya Ma. Pantas Papa kayak pernah liat, mukanya mirip, ya kan?"

"Iya, ya. Mama baru sadar, baru inget juga kita pernah datang ke pestanya Valleri waktu itu. Tapi Mama nggak ketemu Qila waktu itu," timpal Natalie. "Gimana kabar Mama, Papa kamu, Nak? Salam dari Tante sama Om ya."

Qila menjawab dengan sopan. "Mama baik Om, Tan. Nanti Qila sampein salam Tante sama Om ke Mama, Papa."

Alta menarik pergelangan tangan Qila "Udahan kenalannya Ma, Pa. Kita mau petik bintang dulu," ujarnya berlalu pergi.

ALTAQILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang