36. Salah Paham

189 13 4
                                        

Selamat pagi!!
Jangan lupa apa??
-
-
Happy Reading!!
-
✯✯✯


"GOBLOK! gue minta lo celakain Alta. Bukan Rey, bego!" maki Garry.

"Gu..gue, nggak tahu kalau mereka tukeran motor Gar," jawab pria yang memakai jaket Lionkings.

"Gue nggak nerima alasan apapun!" sengak Garry. Dia menendang kursi yang ada di sampingnya.

Pria hanya tertunduk diam, meski sudah sedari tadi dirinya dimaki-maki oleh ketua Cygnus.

"Lepas jaket lo!" titah Garry. "Gue bilang lepas, lo budeg?!"

Garry menarik lalu membuka paksa jaket yang dikenakan pria itu. Dia melemparnya ke tanah, kemudian menginjaknya penuh dendam.

Melihat jaket kebanggaannya terhina, membuat pria itu mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dadanya bergemuruh menahan emosi. Namun, tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini, selain mengikuti permainan Garry.

"Kenapa? Gak terima lo, HAH?! Harusnya yang gue injek punya si Alta!"

"Hahaha.. Santai Gar, nafsu amat lo. Ini baru mulai, masih banyak hal menarik nantinya," kata seorang pria yang mengenakan topi juga masker serba hitam.

"Lo harus inget, keselamatan nyokap sama adek lo, ada di tangan gue!" ancam Garry. Setelah mengatakan itu, dia pergi bersama pria yang memakai topi hitam tadi.


✯✯✯

Sementara, di rumah sakit Juned langsung menodongkan pertanyaan pada dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD.

"Gimana keadaan teman saya, Dok? Nggak ada luka yang serius kan?"

Dokter itu mengulas senyum tipis sebelum menjawab, "Teman kalian akan baik-baik saja, lukanya tidak terlalu parah. Jika ingin melihat silahkan, tapi jangan terlalu berisik. Dia masih membutuhkan banyak istirahat," jelas Dokter yang menangani Rey.

Semua orang yang ada di sana bernafas lega. Termasuk Alta. "Kalian bertiga sebaiknya pulang, biar kita yang jagain Rey."

"Gue mau lihat keadaan Rey dulu," sahut Clarra.

Cowok berhati es itu ternyata sudah sadarkan diri. Dia sedikit kesusahan saat berusaha untuk duduk. Secara refleks, Clarra membantunya. Padahal saat itu, Juned hendak membantu Rey juga.

"Lo pada ngapain disini?" Rey bertanya pada ketiga cewek yang berdiri di sampingnya.

"Nungguin lo sadar lah," sahut Dinda.

Rey melihat jam yang ada di ruangan itu, waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Dia memutar bola matanya malas. "Gue udah sadar, kalian pulang sana!"

"Kita tuh di sini khawatir sama keadaan lo Rey," ucap Qila seraya melirik Clarra.

Jujur, saat ini Clarra tak mampu membuka mulutnya. Dia bersyukur Rey baik-baik saja. Kekhawatirannya seperti melega hanya dengan mendengar nada ketus cowok itu.

"Gue udah nggak kenapa-kenapa. Lebih baik kalian pulang, istirahat."

Bukannya Rey ingin mengusir mereka, tapi dia tidak ingin melihat ketiga perempuan itu kelelahan hanya karena dirinya.

"Jun, anterin dia pulang," pinta Rey seraya menunjuk Clarra menggunakan lirikan mata.

Juned tidak akan pernah menolak permintaan sahabatnya. Meski terkesan dingin dan cuek, pada dasarnya Rey memiliki sisi hangat yang tidak ia tunjukkan pada sembarangan orang.

"Ayo, kamu juga harus pulang," ajak Alta pada Qila.

"Gue anterin lo pulang ya, Din?" kata Indra.

"Ayo, cepetan!" balas Dinda sambil berjalan lebih dulu. Indra tampak mengulas senyum saat berjalan di belakang Dinda.

ALTAQILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang