21. Jadian

172 18 8
                                    

Haii.. Cantik, Ganteng!

Gimana ujiannya? Keep spirit bestii😉

Happy Reading!!

___________________________________

"Tak perlu khawatir. Bahkan, aku sudah terlalu jauh terperangkap di labirin hatimu. menolak beranjak, memilih menetap."

Seolah tak ingin membuang waktu lagi, sepulang sekolah Alta berniat mengutarakan isi hatinya pada Qila. Namun, semesta seperti sedang menguji kesabarnnya, sebab gadis yang ditunggunya itu masih saja belum terlihat batang hidungnya.

Beberapa kali Alta menelpon namun tak mendapat jawaban. Alta mulai khawatir, takut sesuatu terjadi pada Qila. Ia pun melangkah cepat menyusuri koridor menuju kelas Qila. Namun, kekhawatirannya berubah menjadi kekesalan saat melihat Qila bersama seorang pria yang sudah membuat moodnya hancur sejak istrahat tadi.

"Lo mau bikin anak orang pulang sampe jam berapa, hah? Gak punya jam apa gimana lo?" tukas Alta.

"Ta, kamu kenap—,"

Reno tiba-tiba memotong ucapan Qila saat melihat tatapan tak bersahabat dari Alta. "Gak apa-apa Qi, lo pulang duluan aja! lagian ini udah beres ko."

"Tapi beneran lo gak apa-apa gue tinggal?" tanya Qila memastikan. Melihat anggukan dari Reno akhirnya Qila mengambil tas yang tergeletak di kursi depan ruang PMR, setelahnya pamit. "Yaudah gue duluan ya!"

Langit perlahan berubah warna saat kedua remaja itu sudah berada di atas motor, menyusuri jalanan yang mulai terlihat padat. Qila tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya saat merasa asing dengan jalanan yang dilewatinya. "Kita mau kemana? Ini bukan arah rumah aku atau rumah kamu?"

Karena masih merasa kesal, Alta memilih diam untuk mengontrol emosinya. Takut jika ucapannya nanti menyakiti gadis di belakangnya. Tak berselang lama Alta menghentikan motornya di sebuah gedung yang menjulang tinggi.

"Kamu tuh kenapa? aku tanya diem aja!" Alta sama sekali tak membuka suara, dia hanya diam seribu bahasa.

"Ini dimana, mau ngapain Ta?" lagi-lagi pertanyaan Qila berlalu begitu saja di telinga cowok itu. Dia malah menarik tangan Qila untuk terus mengikuti langkahnya, mereka memasuki lift yang entah akan berakhir di lantai berapa.

"Kamu tuh kenapa sih, orang nanya tuh dijawab!" Qila mulai kesal, ia menghempaskan cekalan tangan Alta.

"Dari tadi aku kayak ngomong sama tembok, tau gak?! Kalo aku ada salah ngomong, jangan diem kayak gini, kamu mendadak bisu?"

"Iyaa.. maaff," jawabnya setelah menghembuskan nafas panjang.

"Ih ko maaf sih?"

Alta tak menanggapi kekesalan Qila,  ia kembali meraih tangan Qila lalu berjalan ke arah rooftop gedung itu. Gadis itu terdengar menggerutu kesal namun tetap mengikuti langkahnya.

Langit sudah mulai gelap, lampu-lampu gedung dan jalanan dibawahnya terlihat cantik. Bintang pun mulai bermunculan di langit.

Saat ini mereka tengah berada di tepi rooftop. Qila masih memandang lurus ke depan dengan bersedakap dada. Terlihat jelas dari raut wajahnya bahwa saat ini gadis itu sedang kesal. Sementara Alta, dia mendongakkan wajahnya ke atas kemudian tersenyum.

"Kamu percaya gak kalo aku belum pernah benar-benar suka sama cewek?" ujar Alta dengan posisi yang tak berubah.

Karena masih mode kesal Qila menjawabnya dengan singkat. "Gak!"

ALTAQILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang