"Kamu mau kuliah dimana?"
"Hmmm pengen ke Jakarta sih kayaknya."
"Wahh, bakal pisah dong kita?"
"Ya nggak lah, aku nanti ikut kamu aja."
"Ih jangan gitu Raf. Kalo emang mau ke Jakarta lagi, gakpapa. Masa harus ikutin aku?"
"Ya abisnya aku kan gak mau pisah sama kamu hehehe."
"Bisa aja sih kamu!"
***
"Anak-anak semua, karena ini hari terakhir kalian berada di kelas 11, ada satu teman kita yang akan berbicara di depan kelas. Celine, ayo silahkan."
"Halo teman-teman semua, terima kasih ya udah mau jadi teman Celine selama 2 tahun ini. Celine seneng banget bisa kenal kalian. Tapi maaf, Celine gak bisa bersama kalian lagi di tahun ketiga nanti. Karena Celine harus segera kembali ke Malaysia dan melanjutkan studi di sana. Sekali lagi terima kasih banyak teman-teman!"
***
"Apa maksudnya?"
"Aku pulang ke Malaysia. Maaf ya?"
"Terus kita gimana?"
"Kita... Gak bisa lanjutin hubungan ini. Rafa, makasih banyak ya... Maafin aku juga."
"Gimana? Kok bisa tiba-tiba?"
"Maaf ya Rafa... Sekali lagi maaf. Semoga kamu bisa bahagia dan sukses di sini. Aku- aku akan inget kamu terus sampai kapanpun."
***
"Sebuah pesawat Malaysia Airlines dengan rute penerbangan Surabaya-Kualan Lumpur dinyatakan hilang kontak di sekitar Laut Jawa."
***
Rafa menyetir kembali ke apartemennya. Jujur ia merasa kesal dengan Dey yang mengungkit nama Celine. Kenangan buruk yang sama sekali tidak Rafa inginkan untuk kembali lagi. Entah harus apa, dia tidak tau bagaimana cara melupakannya. Ia tidak bisa menyalahkan Dey juga.
"Sial..."
Rafa menghela napas panjang. Namun getaran ponselnya mengganggu suasana sedihnya.
"Pagi Rafa, apa besok kamu ada kelas?"
Rafa mengernyitkan dahinya heran. Ada apa tiba-tiba dosennya itu bertanya soal jadwal kelas Rafa?
"Ada Bu Shani, sekitar jam 10 selesainya jam 12. Ada apa ya bu?"
"Setelah kelas nanti ke ruangan saya, ya. Ada yang mau saya bicarakan."
Rafa semakin heran. Ditambah rasa penasaran dan khawatir muncul di dalam kepalanya. Tidak biasanya Shani— dosennya itu meminta Rafa datang ke ruangannya.
***
Setelah kelasnya selesai, Rafa langsung bergetas ke ruangan Shani. Ia ingin segera menyelesaikan urusannya, agar bisa segera makan siang.
"Permisi, Bu Shani?"
"Eh iya, masuk Raf!"
"Ada apa ya bu?"
"Abis ini ada kelas lagi?"
"Gak ada bu. Kenapa?"
"Udah makan siang belum?"
"Belum bu."
"Kebetulan. Kita makan di luar ya? Saya mau ngomong sesuatu sama kamu."
Rafa diam sejenak. Isi kepalanya semakin bertanya-tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Bastard
FanfictionWARNING 🔞🔞 Laki-laki yang selalu beruntung hidupnya. ⚠️Hanya cerita FIKSI, jangan diseriusin⚠️