23 - Calon Mertua Shani

3.4K 72 2
                                    

Yg mau donasi, boleh bgt hehehe... Siapa tau tar jadi rajin up :3
Klo mau request/nambah karakter, nanti ya di cerita lain 🙏🙏
https://karyakarsa.com/moyaa3412 (klik link di bio klo mau langsung)

--------------------------

Shani tertidur di samping Rafa. Tangannya terus bersatu dengan tangan Rafa. Ia terus berharap calon suaminya itu segera siuman. Malam semakin larut. Meskipun matanya terpejam, tapi tidurnya tidaklah nyenyak. Ia sesekali terbangun, memastikan Rafa masih tertidur pulas atau sudah bangun.

Udara dingin di kamar rumah sakit menusuk tubuh Shani. Pakaian tipisnya tidak mampu menahan angin dari pendingin ruangan itu. Sedikit menggigil, namun ia tidak mau berpindah dari samping Rafa.

Sekitar pukul satu malam, Shani merasakan tangan Rafa sedikit bergerak. Ia pun langsung terbangun dan melihat keadaannya.

Mata Rafa masih terpejam. Namun Shani yakin sebentar lagi akan terbuka. Ia menahan rasa kantuknya demi melihat Rafa siuman. Namun rasa lelahnya seharian tidak bisa ia tahan lagi. Ia pun kembali tertidur di samping Rafa.

Rafa perlahan membuka matanya. Ia melihat sekeliling ruangan. Kepalanya terasa pusing, badannya sakit, kakinya tidak bisa bergerak. Ia berusaha mencerna apa yang terjadi. Tapi ia tidak bisa ingat kejadian sebelumnya. Tangannya terasa berat. Ia alihkan pandangannya ke sesosok perempuan yang terlelap di sampingnya.

Sekarang ia ingat, apa yang terjadi. Ia melihat Shani berciuman dengan laki-laki tinggi yang ia tebak itu adalah Hans. Dadanya langsung merasakan pedihnya kejadian itu. Napasnya jadi berat. Ia kembali menutup mata, namun memalingkan wajahnya dari Shani.

Gerakan-gerakan kecil itu ternyata membuat Shani terbangun. Senyum langsung terpancar ketika melihat posisi Rafa berubah.

"Rafa, udah bangun?"

Rafa tidak menjawab. Ia masih kesal. Hatinya sangat sakit.

"Rafa... Aku khawatir, kamu udah bangun kan?"

Rafa masih tidak menjawab.

"Ya udah aku tungguin lagi sampe kamu bangun..."

Shani benar-benar menunggu Rafa. Ia tidak melanjutkan tidurnya. Meskipun rasa kantuknya begitu besar, ia berusaha tetap terjaga. Sesekali ia ketiduran dengan kepala yang menggantung. Ia pun langsung sadar ketika ia merasa kepalanya jatuh.

"Shan..." panggil Rafa pelan.

"Iya? Kamu udah bangun? Syukurlah..."

Shani begitu lega ketika mendengar suaranya. Rasa lelah dan kantuk beratnya langsung hilang begitu saja.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Rafa masih dengan pelan.

"Nemenin calon suami aku yang lagi sakit. Kenapa emangnya?"

"Maksudnya?"

"Aku udah baca tulisan kamu, dan aku terima cincinnya."

Rafa langsung melihat ke arah Shani. Perasaannya campur aduk. Senang dan sakit hati bersatu.

"Kenapa kamu terima kalo kamu ngeduain aku?"

Shani tersenyum. Ia menatap mata Rafa dalam-dalam.

"Aku yakin kamu salah paham. Kamu gak denger aku manggil-manggil ya tadi?"

Rafa menggeleng pelan.

"Aku ngerti, kamu pasti marah, sedih, kecewa pas liat itu. Tapi, itu bukan mau aku. Hans tiba-tiba dateng pas aku lagi berdua sama Gracia. Dia langsung ngajak aku ngobrol berdua. Aku pikir ada masalah. Ternyata dia nembak aku."

Lucky BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang